Lihat ke Halaman Asli

Anjani Eki

Penikmat Fiksi

Sebuah Cerpen: Puisi untuk Papa

Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Call Papa". Tanpa sengaja aku melirik layar ponsel seorang gadis di sebelahku. Sepertinya minta dijemput. Tidak lama kemudian dia turun dari bis. Gadis muda dengan kerudung coklat. Mungkin sebaya denganku.

Gadis itu membuat aku iri. Dijemput Papa. Dibonceng motor. Dulu waktu masih sekolah, beberapa kali Papa menjemput. Aku juga pernah. Tapi dulu sekali.

"Pa, Mita kangen..."

Tatapanku mengikuti gadis itu. Sampai tidak terlihat lagi. Senyum sedih. Seandainya ada disini. Tapi  Papa jauh di Jakarta. Sedangkan aku dan Mama di Surabaya.

Sudah sepuluh tahun aku tinggal di Surabaya. Awalnya aku pindah untuk melanjutkan kuliah. Lantas diterima bekerja. Semenjak itu aku menetap di kota ini. Tidak lama kemudian, Mama memutuskan  pindah. Tinggal bersamaku.

"Call Papa" dua kata itu membuat aku semakin gelisah. Baiklah, rinduku tidak terbendung lagi. Ingin segera rasanya pergi untuk mengunjungi Papa. Lagipula tiket pesawat tidak mahal. Paling hanya lima ratus atau enam ratus ribu saja.

Sesampainya dirumah aku langsung mencari tiket. Pesan online .Bayar. Print out. Selesai deh. Tapi Mama tidak boleh tahu. Khawatir nanti malah tidak dikasih ijin. Ini akan jadi misi tersembunyi. Rahasia. Jadi alasan yang tepat adalah meeting mendadak dengan manajemen  pusat. Sempurna!

"Maaf ya Ma, kali ini Mita bohong"

Aku akan membuat kejutan. Papa pasti senang. Siapa yang tidak senang dibuatkan puisi?

Seminggu kemudian aku terbang ke Jakarta. Sengaja memilih bandara Halim Perdana. Karena lebih dekat dengan tempat Papa. Aku berdandan spesial hari ini. Demi Papa. Tiga hari tiga malam sibuk mau memilih baju yang mana. Akhirnya pilihanku jatuh pada dress warna merah muda. Cardigan warna coklat. Sepatu flat dengan warna senada.

Aku memilih naik ojek. Biar lebih cepat. Semakin cepat, semakin baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline