Lihat ke Halaman Asli

Kamu Perokok? Saya Ikut Prihatin!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kalian tanya, orang macam apakah yang paling menyebalkan menurut saya? Sudah pasti akan saya jawab detik itu juga, perokok. Memang dasar saya norak dan gak gaul, tiap kali menghirup asap rokok otomatis saya langsung terbatuk-batuk dan jadi agak sesak napas. Padahal salah satu syarat anak gaul jaman sekarang kan nongkrong di seven eleven, di tangan kanan ada botol minum sementara tangan kiri memegang rokok. Apalagi ditambah bawa kamera slr segede gaban sambil sok sibuk ketak-ketik di ipad padahal cuma bolak-balik buka pesbuk wuihhh yang penting gaya dulu deh yaa #eh

Bukannya sok sehat juga sih, tapi memang sudah bawaan dari lahir yang konon menurut cerita si mama dulu, waktu mama mengandung saya, bapak saya janji mau berhenti merokok. Awalnya sih memang benar si bapak berhenti merokok, tapi beberapa tahun kemudian balik lagi jadi perokok. Haduuuhh. Dan semenjak si mama buka usaha sendiri dan jadi sering mampir jalan kesana kemari, mama saya juga ikut menjadi perokok, mungkin karena terbawa pergaulan, ya. Tepatnya ketika saya duduk di bangku sekolah menengah. Ketika saya duduk di SMIP dan salah satu syarat training di hotel adalah dengan mengikuti check-up di klinik/rumah sakit, maka saat itu saya tahu bahwa ternyata selama ini saya mengidap bronkitis akut. Penyebabnya ya tentu saja karena sehari-hari menjadi perokok pasif. ppffffttt. Semenjak saat itu orang tua saya tidak pernah lagi merokok di dalam rumah, lebih-lebih ketika ada saya disekitar mereka. Untuk penyembuhannya memang tidak sulit dan makan waktu lama, tapi biaya yang harus dikeluarkan sungguh tidak sedikit. Saya ingat dulu satu butir obatnya saja yang sehari bisa diminum 2-3 kali itu harganya hampir mencapai lima puluh ribu. Bayangkan saja waktu itu saya harus minum obat tsb selama hampir satu bulan berturut-turut. Mungkin itu salah satu alasan kenapa sampai saat ini saya benci setengah mati dengan yang namanya rokok.

Pasti berjuta-juta orang diluar sana memiliki pertanyaan yang sama dengan saya, “Apa sih enaknya merokok?” Selain alasan klise hanya menghambur-hamburkan uang atau dengan menakut-nakuti akan berbagai penyakit yang timbul dari kebiasaan merokok, sebenarnya apa yang para perokok rasakan saat mereka membakar daun yang terbungkus kertas dan menyebabkan kebakaran skala paling rendah sehingga mengeluarkan asap yang membahayakan bukan hanya sang pembuat asapnya melainkan juga untuk orang-orang terdekat mereka. Yang saya tahu, sekali kita mencoba jangan berharap kita bisa bebas dari jeratan candu jahatnya. 

Bahan asal rokok yakni tembakau pada awalnya adalah sejenis tanaman herbal. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejarah Tembakau penuh dengan intrik dan nuasa mitos, pada mulanya digunakan oleh orang - orang asli Amerika untuk digunakan sebagai media perobatan. Sejarah mereka pada masa itu banyak dikaitkan dengan tanaman tembakau. Ajaran - ajaran kepercayaan mereka juga ada kaitannya dengan tumbuhan tembakau, dimana pada waktu itu asap tembakau dipercaya dapat memberi perlindungan dari mahluk halus yang sangat jahat dan begitu juga sebaliknya memudahkan mereka mendekati mahluk halus yang baik. Masyrakat dunia mulai mengenal tembakau saat Christopher Columbus melintasi lautan atlantik dan singgah ke amerika, dia diberi hadiah daun tembakau oleh penduduk setempat. Tidak dinyanya satu abad kemudian daun tsb tumbuh sebagai trend social yang juga memberikan manfaat ekonomi bagi para pengusaha di Amerika Serikat. Bermanfaat bagi satu pihak namun merugikan pihak yang lainnya. Lucunya, yang dirugikan harus menanggung biaya dua kali lipat, yakni untuk mendapatkan dan menanggung akibatnya setelah menikmatinya. Terdengar sangat ironis, bukan? 

Saya pernah ngobrol dengan klien bule saya mengenai aturan merokok di Indonesia. Dia heran mnegapa di setiap sudut jalan, mall, restoran, kantor dan dimana-mana terlihat perokok yang dengan bebasnya merokok di tempat umum. Kalau di negara mereka sih sudah jelas tidak diperbolehkan. Bahkan di Singapura, denda yang dikenakan untuk perokok sangat memberatkan. Saya pernah baca artikel bahwa ada yang sampai kena denda $ 300 atau Rp. 2,1 juta karena merokok di meja restoran yang tidak bertanda boleh merokok. Tiap meja sudah diatur untuk mana yang boleh merokok dan mana yang tidak. Tidak seperti disini yang biasanya hanya diatur berdasarkan deretan smoking atau non-smoking. 


Peraturan bersama  2 Menteri, yakni, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/MENKES/PP/I/2001 dan  No.7/2011 (28/1/2011) tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), hingga kini, belum sepenuhnya berlaku di sejumlah daerah. Bahkan di Jakarta masih ada pusat perbelanjaan yang memperbolehkan pengunjungnya untuk merokok di foodcourt yang notabene kawasan umum. Orang yang merokok di jalan pun masih sangat banyak dan belum pernah terdengar ada yang dikenakan tilang untuk itu sampai dengan saat ini.

Alasan yang dipakai DPR mengapa sampai saat ini masih belum mengeluarkan peraturan resmi anti rokok adalah karena rakyat masih menggantungkan hidupnya pada industri tsb. Memang banyak yang menggantungkan hidupnya di industri rokok, terlebih para buruh karyawan pabrik rokok. Tapi apakah ini termasuk industri yang terbesar di Indonesia dan memberi kontribusi ekonomi secara menyeluruh sehingga pemerintah tidak berfikir akibat yang jauh lebih besar yang harus ditanggung rakyatnya?



Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, cukai mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam APBN khususnya dalam kelompok penerimaan dalam negeri. Pada tahun anggaran 2003, penerimaan cukai ditetapkan sebesar Rp. 2,7 triliun atau sebesar 8,3 persen dari penerimaan dalam negeri. Dari penerimaan cukai tsb, 95 persen berasal dari cukai hasil tembakau yang diperoleh dari industri rokok. Dari sini sudah kelihatan bahwa tujuan pemerintah untuk tidak menggalakkan peraturan anti rokok tentu karena jumlah pemasukkan yang didapat dari para produsen rokok dan menutup mata dengan kondisi yang disebabkan oleh mereka. Bahkan di Israel, negara yang memiliki disiplin paling tinggi dalam bidang pendidikan, rokok sudah sangat diharamkan bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Mereka berpendapat rokok adalah fakor utama penghambat tingkat kecerdasan bagi anak-anak dan remaja. Disana untuk bisa mendapatkan sebatang rokok sangatlah sulit, berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia. Atau memang ada konspirasi dibalik gencarnya invasi produsen rokok barat di Indonesia?



Saya rasa sudah saatnya kita semua sadar dan membuka mata atas apa yang terjadi disekitar kita saat ini. Mau sampai kapan generasi penerus bangsa dihancurkan oleh antek kapitalis yang hanya mencari kesempatan dan menimbun harta diatas penderitaan rakyat? Sekarang pun sudah terbukti bahwa sumber daya manusia kita masih jauh dibawah negara asia lain, bahkan di asia tenggara sekalipun. Lalu mau sampai kapan kita diam disaat ada skenario lain dibalik liciknya otak dan lihainya lidah para penguasa menipu kita yang seharusnya mereka sejahterakan sebagai wakil kita rakyat Indonesia. 


Perokok itu tidak berbeda dengan pembunuh, mereka membunuh dirinya sendiri dan saat berada di ruang publik tanpa mengindahkan peraturan, mereka juga membunuh orang lain dengan perlahan. Mari kita dukung kampanye anti rokok dan wujudkan Indonesia yang lebih baik di kemudian hari.



 

  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline