Lihat ke Halaman Asli

Vokalis Jalanan

Diperbarui: 27 Januari 2016   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Naik angkot, kurang lengkap rasanya kalau adem ayem tanpa suara nyanyian. Ada abang yang super duper up-to-date sehingga penumpang angkotnya terbuai oleh nyanyian ala Ed Sheeran atau Sam Smith atau J.Lo.. Ada abang yang cinta sama kampung halaman sampai sepanjang jalan alunan lagu daerah membawa penumpangnya bernostalgia. Ada si abang sopir mudah yang karena darh mudanya bergolak sehingga lebih memilih lagu-lagu dugem bikin hati jedag jedug. Dan adapula si abang yang pecinta dangdut sejati era evie tamala, camelia malik, sampai ayu ting-ting. Sebagai penumpang, saya cuma bisa ikut mencoba menikmati.

 

Adakalanya si abang terlalu pasif, sehingga angkot terasa sunyi sekali. Biasanya angkot yang sunyi begini jadi incaran para vokalis jalanan (baca:pengamen). Gerak-gerik mereka bisa ditebak kalau mau menaiki suatu angkot. Kepala celingak-celinguk melihat penumpangnya potensial memberi apa tidak. Kalau sinyalnya positif, mereka tak segan mengejar sampai pontang panting. Ada yang grup, ada yang solois. Untuk yang grup biasanya 2-3 orang, perlengkapan perang mereka lumayan banyak sampai bisa membuat angkot terasa full karena ada gendang, ada gitar, ada krecekan di sana. Berbekal suara pas-pas an dan pede tingkat dewa mereka menyanyi bak idol korea boy band, padahal umumnya suara mereka ya datar-datar saja. Belum lagi kalau lagunya kurang familiar, kalau begini biasanya penumpangnya acuh ga acuh dengerin lagunya. Dari vokalis jalanan grup ini, cuma satu ang bisa saya nikmati, alunan gendangnya yang mantab.

 

Solois biasanya membawa gitar, biola, atau genjreng. Ada juga yang cuma bawa krecekan dari botol yang diisi beras di dalamnya. Umur solois yang sering saya temui kisarannya ada di 8-30 tahun, tentu dengan tujuan masing-masing. Sayangnya saya belum pernah korespondensi, cuma sekadar pemerhati saja. Ada satu solois yang sering saya temui di Ps Rebo. Bertopi bundar, kurus, kulitnya sawo gelap, tapi suaranya itu..... maknyuss kena di hati. Lagu kesukaannya lagu religi, mulai dari Wali sampai Snada. Solois ini sering dapat sumbangan penumpang yang banyak lho, ya pasti kaena itu.,suaranya, lagunya, dan komitmennya menyanyi sampai selesai satu lagu. Jarang-jarang lho, vokalis jalanan kayak begini. Kan ada vokalis jalanan yang nyanyinya kayak dikejar banteng, buru-buru selesei terus langsung nyodorin bungkus permen buat uang sumbangan. 

 

Adalagi niy vokalis jalanan yang bukannya bikin adem dan terhibur, malah bikin pemnumpang takut dan terintimidasi. Yup, vokalis jalanan bergaya punk urakan yang sering banged nyanyiin lagu ciptaan sendiri. Isinya memperotes kehidupan yang buat mereka ga adil, tapi didalmnya lebih banyak mengasihani diri sendiri. Jangan lupa juga vokalis jalanan yang bukan jual lagu, tapi jual ancaman dan belas kasihan.. Penumpang memberi sumbangan pun bukan karena kasihan, tapi karena takut kenapa-kenapa. Bayangin saja kalau Anda ditungguin tangan menengadah minta uang sampai dikasih, yang kalau ga Anda kasih bisa dimaki-maki atau diludahi.. Bayangin saja dulu ya..

 

Penutup,

Mereka manusia, kita manusia, dengan segala lebih kurangnya. Tak ada salahnya memberi, dengan harapan mereka benar berjanji untuk hidup lebih mulia lagi.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline