Membicarakan kendaraan umum memang selalu menarik apalagi bus. Bus merupakan kendaraan umum favorit saya baik di tanah air maupun di rantau. Sampai-sampai setiap kali saya pulang ke tanah air saya memilih untuk naik bus dari Surabaya ke Madiun daripada menyewa kendaraan . Ada sensasi tersendiri ketika naik bus karena saya bisa puas mengamati jalanan dan pemandangan sepanjang perjalanan. Dan dulu ketika saya baru saja menginjakkan kaki di Hong Kong, saya begitu terpesona dan tak sabar menjelajahinya. Jalan termudah bagi saya untuk menyusuri daerah yang benar-benar baru hanya dengan menggunakan kendaraan umum terutama bus. Dari atas bus saya bisa mengamati jalanan dan setiap celahnya tanpa takut kesasar. Metode saya saat itu adalah naik bus sampai terminal terakhir lalu berjalan ke arah kebalikannya, sambil sesekali memasuki jalan-jalan kecil yang saya temui sepanjang jalan. Bertahun-tahun berlalu, saya jadi akrab dengan jalanan negeri beton ini dan lumayan hapal sampai saya bercanda bilang kalau kaki saya ada built-in GPSnya jadi anti tersesat hahahahah.
Kembali ke bahasan tentang bus, di Hong Kong bus menjadi kendaraan umum favorit masyarakat setelah kereta api bawah tanah karena murah dan relatif tepat waktu jika tidak macet (Hong Kong jarang sekali macet kecuali ada peristiwa tertentu). Ada 3 perusahaan otobus yang melayani puluhan rute baik di pulau utama Hong Kong, Kowloon dan daerah New Territories, yaitu CityBus, First Bus dan KMB (Kowloon Motor Bus). Perusahaan otobus memang dipegang pihak swasta tapi pemerintah yang mengatur tarif bus yang berlaku, jadi pihak penyedia transportasi tidak bisa seenaknya menaikan tarif tanpa persetujuan pemerintah dan mereka selalu mematuhi peraturan. Lalu apa hubungan bus Hong Kong dengan TransJogja? Kalau mau dibandingkan jelas saja tidak selevel karena sistem TransJogja masih sangat prematur menurut pendapat saya. Tapi bagaimana pun juga saya salut mendapati ada satu daerah di tanah air yang berani memulai membuat jaringan transportasi rakyat yang terjangkau dan teratur.
Saya melihat TransJogja bisa dipakai sebagai batu loncatan untuk menciptakan sistem transportasi umum yang bisa menyamai Hong Kong kalau pemerintah daerah konsisten. Dan hal itu mungkin dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga mengurangi kemacetan dan polusi. Di jalanan Hong Kong persentase kendaraan pribadi sangat sedikit jika dibandingkan dengan angkutan umum karena (setahu saya) pemerintah Hong Kong memang memperketat regulasi kepemilikan kendaraan pribadi tapi hal tersebut diimbangi dengan penyediaan alat transportasi massa yang memadai dan dapat diandalkan. Berbeda sekali dengan jalanan di tanah air yang didominasi kendaraan pribadi terutama sepeda motor. Ketika berkunjung ke Yogyakarta pertengahan tahun lalu beruntung sekali saya sempat merasakan naik TransJogja . Ketika itu saya ingin mengunjungi Kompleks Candi Prambanan dan berangkat dari daerah Malioboro. Saya sudah lupa nomor bus yang saya naiki tapi masih ingat suasana di dalam TransJogja. Saat itu penumpang penuh sesak dan sebagian besar penumpang harus berdiri berdesakan karena kapasitas tempat duduk yang minim serta ukuran bus yang kecil.Dan waktu tunggu juga cukup lama. Tidak tahu pasti jumlah bis yang beroperasi per trayek hingga menyebabkan waktu tunggu cukup lama.
Saya tidak tahu apakah memang setiap hari situasi dalam TransJogja memang begitu atau hanya kebetulan ramai karena musim liburan sekolah sehingga banyak pelancong juga. Hari berikutnya saya iseng menaiki bus dengan nomor yang sama tapi tidak bermaksud pergi kemana-mana, hanya penasaran dimana rute bus tersebut berakhir. Bus membawa saya sampai Terminal Giwangan dan saya turun di sana berkeliling melihat-lihat daerah tujuan mana saja yang dilayani oleh bus-bus yang terparkir di sana. Tentu saja sambil potret-potret. Setelah puas berkeliling terminal saya memutuskan kembali ke hotel dan naik TransJogja lagi karena rasa penasaran saya tentang TransJogja belum terpuaskan. Rute yang ditempuh cukup jauh dan berputar-putar tapi saya sangat menikmati karena saya disuguhi pemandangan kota Jogja yang jauh dari pusat kota. Setelah pengamatan singkat dalam dua kali kesempatan naik TransJogja saya jadi sedikit membandingkan TransJogja dengan armada bus di Hong Kong. TransJogja memanfaatkan (dan memodifikasi) bus berukuran relatif kecil maka daya tampung penumpangnya juga kecil, sedangkan di Hong Kong hampir semua bus bertingkat dan besar sehingga mampu menampung banyak penumpang. Dan saya rasa itu hanya persoalan waktu saja, saya yakin suatu hari TransJogja mungkin akan punya bus-bus berukuran besar (wishful thinking :D).
Frekuensi bus TransJogja yang lumayan jarang, agak membuang waktu bagi yang dikejar waktu tapi untuk waktu daerah Jogja (alias alon-alon :D) lumayan lah. Sedangkan bus di Hong Kong jadwalnya rapat antara bus satu dan bus lain dengan nomor yang sama. Rata-rata bus berangkat 10 menit sekali untuk rute jarak pendek sampai dengan jeda setiap setengah jam khusus bus ke bandara. TransJogja memakai sistem ganti bus jika penumpang mempunyai tujuan ke jurusan lain, mirip dengan sistem kereta bawah tanah (MTR) di sini. Sedangkan untuk bus di Hong Kong, tiap nomor mempunyai tujuan tertentu dan jalur yang berbeda sehingga penumpang harus proaktif membaca jalur bus dan tempat mana saja yang dilewati sebelum naik. Daftar pemberhentian bus tercatat dengan lengkap pada plang nomor bus di setiap halte. Jika di TransJogja terdapat seorang pemandu di samping pintu masuk maka bus di Hong Kong tidak ada pemandu yang bertugas mengingatkan penumpang dimana pemberhentian selanjutnya. Hanya ada layar LCD bertuliskan halte berikutnya diiringi suara rekaman yang sinkron dengan tulisan di LCD dalam 3 bahasa yaitu Kanton, Mandarin dan Bahasa Inggris. Persamaannya antara Transjogja dengan bus di Hong Kong tarifnya sama-sama murah, pas untuk kantong mahasiswa dan masyarakat kecil. Sarana transportasi umum yang merakyat, reliable dan terjangkau. Sekian dulu curhat saya yang terpendam lebih dari setengah tahun karena terhalang foto ilustrasi. Jika ada yang terlewat dari catatan saya, mohon tambahkan saja di komen. Terimakasih. Salam. . Foto ilustrasi dokumen pribadi dan juga hasil menodong Mas Bowo Bagus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H