Siapa yang tidak mengenal lidah buaya? Tanaman yang dikenal dengan nama alamiahnya adalah Aloe Vera. rasanya hampir semua orang mengenal dan mengetahui tanaman ini. Kalau ditanya kapan mulai mengetahui secara intens seorang mis Juli mengenal lidah buaya? Sejujurnya pada tahun 2003, berdasarkan pengalaman pribadi. Walaupun sudah marak dikenal di manapun, tapi sesungguhnya mis Juli baru benar-benar memakai dan mengenal mendalam setelah mengalaminya sendiri.
Penampakannnya yang bergerigi dan sedikit ngeri-ngeri sedap untuk memegangnya, karena lumayan tajam duri-duri yang ada di pinggir daunnya. Tetapi, ternyata manfaatnya tidak seseram penampakannya. Dulu, karena masih tinggal di kontrakan berpetak 3 bagian belum punya untuk menanam tumbuhan itu sendiri. Selalu minta ke tetangga setiap mau memakainya. Padahal bukan tipikal seorang mis Juli meminta-minta, maluuu hiks. Tapi saat itu tahunya ketika membaca di sebuah koran yang lupa namanya apa ya. Ternyata lidah buaya itu banyak manfaatnya, terutama antibiotik ketika luka.
Setelah itu nggak langsung memakai, karena belum ada keperluannya, jadi disimpan saja sebagai pengetahuan dulu. Teringat lagi secara spontan adalah saat bungsu mis Juli waktu itu Muhammad Malik Hussein, panggilannya Hussein. Si bungsu ini lagi masa-masanya di umur 4 tahun senangnya main lari-larian, alhamdulillah masih di seputaran masjid dekat rumah. Senangnya, masjid itu welcome sekali sama anak-anak, sehingga bungsu dan kakak-kakaknya betah mainnya di masjid selain aman juga sambil belajar ibadah. Nggak apa-apa kalau banyak yang ngingetin dan mengajari sepanjang itu untuk pembelajaran mereka mengenal beribadah secara konsisten. Kok ceritanya kemana-mana ya, gapapa deh sambil mengenang masa kecil mereka saat itu.
Nah tidak sengaja wajah bungsu menabrak pinggiran dinding masjid dekat beduk besar yang selalu mereka sukai. Dahinya robek dan mengeluarkan darah yang tak berhenti. Mis juli sempat menawarkan untuk dibawa ke klinik untuk dijahit ternyata dia menolak dan terus menangis. Teringat di benak mis Juli untuk meminta lidah buaya, setelah lukanya dibersihkan dengan alkohol 70% lalu mulai dioleskan getah berlendirnya sambil memotivasi bungsu bahwa tidak apa-apa. Anak laki-laki luka, jatuh biasa, kuaat ya dek selalu itu yang diucapkan sampai dia dewasa sekarang. Alhamdulillah lukanya darahnya berhenti. Ampuh juga bukan? Tentu harus rutin dilakukan. Bahkan sesering mungkin. Lumayan nggak perlu dijahit dan repot mengobatinya. Seminggu kemudian lukanya benar-benar mengering, hanya sayangnya timbul keloid kecil di bekas lukanya. Kami tertawa saja saat melihatnya seperti orang india di dahinya seolah ada tanda, bedanya karena dia putih banget jadi nggak terlalu terlihat. Tanda itu semakin terlihat menjelang dia besar, tetapi karena berat badannya terus bertambah seiring pertumbuhannya, posisinya terus bergeser. Dari mulai di tengah, lama kelamaan bergeser terus ke pinggir, akhirnya kini tidak terlihat sama sekali setelah dewasa.
Tangkapan hikmah kedua adalah saat mis Juli mengalami kecelakaan sepulang mengajar menjelang buka puasa saat itu masih di tahun 2005. Seorang laki-laki terburu-buru menabrak dari belakang mungkin karena ingin menyalip. Ms Juli kepental sampai jarak 2-3 meter dan kepala motor sampai terbelah. tangan harus bersentuhan dengan aspal. Baru terasa sakit di pergelangan tangan yang ternyata luka robek lumayan panjang sekitar 5cm. Masyarakat sekitar ingin menuntut penabrak itu, tapi ternyata hanya orang suruhan yang ditugasi mengambil setoran uang minyak tanah yang setiap pagi diantar ke toko-toko. Rasanya nggak tega juga, walau secara hukum salah, tidak ada KTP, SIM, apalagi nggak pake helm. Ms Juli nggak tega juga hanya meminta untuk dimintai untuk bertanggung jawab membenarkan kepala motor tersebut untuk kembali lagi rapih di bengkel.
Untuk luka bagaimana? Bahkan ditawari minumpun mis Juli menolak karena sebentar lagi buka puasa. Hanya meminta dibantu dicarikan alkohol dan lidah buaya. Nggak sampai lama, permintaan itu dipenuhi. Dibersihkan pakai air hangat, lalu dibersihkan pakai alkohol lagi terakhir dioleskan getah lidah buaya. Perihnya nikmat tersentuh alkohol karena secara luka terbuka, tapii begitu terkena lidah buaya langsung adeem. Dingin jadinya terasa di kulit, juga perihnya sedikit berkurang. Alhamdulillah, setelah seminggu juga mengering dengan cepat. Logikanya harus dijahit, tapi menolak dibius dan minum obatnya sebelum berbuka jadi memilih obat alami saja. Sampai sekarang terus dilakukan. Untuk luka bisa jadi P3K sementara dan mengobati. Hanya kelemahannya adalah setelahnya, di bekas luka ada seperti bekas keloid jadinya. Sampai sekarang , itu masih membekas.
Itu manfaat yang dirasakan dari lidah buaya kelebihannya, hanya kekurangannya adalah bekasnya menimbulkan keloid. Tentu luka yang tidak terlalu besar ya, kalau luas lokasi lukanya tetap harus ada penangan medis ya. Nah itu sekilas cerita dari seorang mis Juli berbagi tentang pengalaman memanfaatkan lidah buaya untuk luka. Kalau ada manfaat lebih boleh ya berbagi sama ms Juli, terima kasih sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H