Lihat ke Halaman Asli

Misdha Adelia

Mahasiswa

Mengulik Sejarah Candi Jago : Fungsi, Relief, dan Arca

Diperbarui: 17 September 2023   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Candi Jogo : Dokumentasi Pribadi)

Indonesia memiliki keberagaman dan budaya, serta sejarah kerajaan yang menarik. Salah satu Kerajaan terkenal di Indonesia adalah Kerajaan Singosari yang berada di Malang, Jawa Timur. Raja pertamanya adalah Ken Arok. Pada masa kerajaannya, didirikanlah salah satu candi, yakni Candi Jago. Candi Jago beralamat di Jalan Wisnuwardhana, Ronggowuni, Tumpang, Kec. Tumpang, Kab. Malang, Jawa Timur. 

Candi Jago didirikan oleh Raja Kertanegara untuk menghormati ayahnya, Raja Wisnuwardhana yang wafat pada tahun 1268 Masehi. Kata "Jago" berasal dari kata "Jajaghu" yang terdapat pada kitab Nagarakrtagama yang berarti keagungan atau tempat suci. Candi ini terbuat dari batu andesit dengan luas 24 x 14 m dan tinggi 15 m, namun dikarenakan faktor usia dan alam, maka tingginya sekarang menjadi 10,5 m. 

Fungsi utama dari candi jago adalah tempat pendarmaan atau tempat penyimpanan abu jenazah raja. Candi ini bersifat 2 agama yaitu agama Hindu dan Buddha. Relief Buddha terletak pada dinding paling bawah yang menceritakan suatu kumpulan hewan (tantri) yang mengajarkan kebaikan. Kemudian relief Hindu terletak di tengah sampai ke ujung candi yang mengisahkan Angling Dharma, Mahabharata, Arjuna Wiwaha dan Krisnayana yang mengajarkan kejujuran, ujar Mulyanto, Juru Pelihara Candi Jago, Minggu (10/09/2023)

Di lingkungan Candi Jago terdapat arca Muka Kala, Amoghapasa, dan tempat menaruh arca Dewi Buddha. Arca Amoghapasa berlengan 8 merupakan 4 dewa tertinggi dalam ajaran Buddha Tantrayana. Kepala arca tersebut telah hilang dan lengan-lengannya telah patah. Diketahui bagian kepala tersebut telah hilang pada zaman Hindia Belanda, dan Arca Muka Kala (Muka Raksasa) biasanya ditemukan dipintu masuk/relung candi, ujar Mulyanto, Juru Pelihara Candi Jago, Minggu (10/09/2023).

(Arca Muka Kakala : Dokumentasi Pribadi)

(Arca Amoghapasa : Dokumentasi Pribadi)

Untuk melestarikan warisan budaya, maka dilakukan konservasi secara berkala agar warisan budaya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.  Dengan adanya konservasi budaya, ini berhasil memperkenalkan kekayaan budaya kepada wisatawan, mengembangkan ekonomi lokal, dan melestarikan identitas lokal yang unik. 

Penulis :

Rahma Maulida, Misdha Adelia, Echa Aisyadewi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline