Lihat ke Halaman Asli

Pekanbaru Pagi Mendung-Malam Diiringi tangisan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Misbualabdillah17 Kompasiana.com- Setelah berlari di kejar waktu yang salaLu mengudara dalam ingatan, dan seutas sepanjang jalan di ingatan terus ku berjalan tampa arah, ada diman mana umat manusia dengan segala kesibukannya, di perhatikan di dalam pandangan. sama! apa beda nya dengan ku sendiri. menikmati fase yang ada adalah suatu kemajemukan sendiri. rantai rantai lah ingatan yang bermain. setelah pulang dari mengadu nasip di jalan, dalam tangisan hujan yang berjalan. terenguh buah fikiran indah laranya yang juga tak kesampain.

Pagi ku terlari di hujan mendung

berjalan dengan tertatih di lamun hari

ada rasa indah menepi di jalan kota

terfase di hembusan angain lara hati

ada keindahan yang tak tersiratkan

kejar kejar emosi diri

jauh jauh menepi kalam

Ketenangan itu tidak ada artinya

di malam ini pun berlari secepat munkin

akan nestaspa dunia di makan hujan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline