Lihat ke Halaman Asli

Muzamil Misbah

TERVERIFIKASI

Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Puisi: Saldo yang Lapar

Diperbarui: 4 Oktober 2024   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saldo yang Lapar

Tabungan tergerus,
makan diam-diam.
Saldo tidur di sudut rekening,
lalu bermimpi tentang angka yang gemuk,
tapi bangun dengan tubuh yang semakin tipis.

Di jendela ATM, angka-angka
berbaris seperti pasukan kelelahan.
Rekening di bawah seratus juta,
menunduk dalam parade kehilangan.
Siapa yang sanggup menahan seretnya waktu?

Tabungan tak lagi sekadar simpanan,
ia jadi alat bertahan,
jadi roti yang dikunyah pelan-pelan,
jadi sepatu tua yang terus dipakai
meski sudah berlubang di ujungnya.

Aku lihat orang-orang,
mereka berjalan dengan mata yang kosong,
menggenggam saldo yang makin mengenaskan
seperti menggenggam kenangan lama
tentang hari-hari ketika angka
bercanda dalam rekening mereka.

Tapi jangan takut,
katanya waktu bisa menyembuhkan
seperti janji pemimpin baru
atau turunnya suku bunga.

Saldo bisa tumbuh lagi,
nanti, tiga bulan,
lima bulan,
sampai uang pulang dari perantauannya.
Untuk sementara,
mari berpegangan pada impian,
bahwa saldo bisa kembali gemuk
seperti dulu,
atau setidaknya, cukup untuk bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline