Lihat ke Halaman Asli

Muzamil Misbah

TERVERIFIKASI

Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Puisi: Lingkaran Utang

Diperbarui: 25 September 2024   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lingkaran Utang

Kartu kredit mengedip dari dompet
"Bayar nanti, nikmati dulu," katanya,
sedang tagihan mengejar seperti bayangan
di trotoar yang tak pernah kering.

Pay later tiba-tiba menjadi pay forever.
Cicilan kecil itu seperti tetes hujan,
diam-diam menetes,
membanjiri pikiran di malam hari.

Aku membeli waktu,
membeli mimpi dalam diskon
yang tak pernah habis.
Namun, di akhir bulan,
semua yang dibeli berubah jadi angka,
dan angka-angka itu,
tak pernah pulang sendiri.

Di layar ponsel,
ada senyum,
ada saldo kosong,
dan di antara jeda,
aku memikirkan utang yang tak pernah selesai,
seperti berjalan di jalan raya
tanpa tahu di mana ujungnya.

Katanya,
hidup ini sederhana,
asal kita tahu batas.
Tapi, siapa yang bisa melihat batas
di balik layar promo?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline