Lihat ke Halaman Asli

Muzamil Misbah

TERVERIFIKASI

Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Puisi: Sisi Gelap Kekayaan

Diperbarui: 13 September 2024   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sisi Gelap Kekayaan

Kekayaan, seperti cahaya, menyilaukan mata
tapi bayang-bayangnya
terkadang terlalu panjang
mengikuti langkahku,
mengaburkan siapa aku,
mengubah kesan pertama
jadi angka di rekening,
bukan tangan yang terulur.

Setiap pertemuan dimulai
dengan senyum yang terjaga,
sorot mata bertanya,
"Seberapa kaya kamu?"
Bukan "Apa kabar?" atau "Siapa dirimu?"

Aku berjalan di antara orang-orang,
terlihat tapi tak pernah benar-benar dilihat.
Orang-orang mendekat,
menggenggam tangan,
menghitung, bukan merasakan.
Aku jadi angka,
bukan nama,
jadi dompet,
bukan cerita.

Kebebasan katanya,
datang dengan uang.
Tapi semakin banyak,
semakin hilang ruang
untuk sekadar bernapas tanpa ditatap,
untuk bicara tanpa dicatat.

Aku duduk di kafe,
bukan untuk minum kopi,
tapi untuk dilihat.
Aku berjalan di taman,
bukan untuk menikmati senja,
tapi untuk diambil fotonya.

"Bukankah kamu kaya?"
katanya, sambil berharap,
aku lupa bagaimana rasanya
tidak dijadikan mimpi orang lain.

Aku kaya, tapi tidak bebas,
kaya tapi tak punya waktu,
kaya tapi sering kehilangan diriku sendiri.
Dan di balik semua kemewahan ini,
ada keheningan yang tak bisa kujelaskan,
seperti rindu pada hal-hal sederhana
yang dulu kuanggap tak berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline