Di tengah situasi ekonomi yang kerap dibicarakan karena pelemahan daya beli masyarakat dan meningkatnya ketergantungan pada tabungan, ada sebuah fenomena menarik yang tampaknya tidak seragam di berbagai lapisan sosial.
Meskipun banyak yang merasakan beban finansial yang berat, justru di sisi lain, aktivitas konsumtif seperti traveling tetap berjalan lancar, bahkan meningkat.
Hal ini memicu pertanyaan besar: bagaimana mungkin daya beli masyarakat yang melemah tidak menghalangi orang-orang untuk berlibur?
Daya Beli Masyarakat yang Melemah: Fakta dan Data
Isu daya beli masyarakat yang melemah bukanlah hal baru. Banyak indikator ekonomi menunjukkan penurunan kekuatan konsumsi masyarakat, khususnya di kalangan kelas menengah.
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur daya beli adalah indeks keyakinan konsumen (IKK), yang menunjukkan seberapa optimistis masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan.
Selama tiga bulan berturut-turut, pada tahun 2024, indeks ini terus turun dari level 127 ke level 123.
Meskipun angka ini masih berada di atas 100, yang berarti masyarakat masih optimistis, tren penurunannya menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap masa depan ekonomi.
Kelas menengah, yang selama ini menjadi penggerak utama konsumsi domestik, mulai merasakan dampaknya.
Banyak dari mereka yang terpaksa ‘makan tabungan’ untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama karena inflasi yang terus meningkat.
Tidak hanya itu, banyak juga yang mengalami penurunan status ekonomi, yang dalam istilah populer sering disebut ‘turun kasta’.