Belanja telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern kita.
Tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan primer, belanja kini seringkali dijadikan sebagai bentuk relaksasi atau bahkan terapi ketika seseorang merasa stres.
Namun, di balik kesenangan yang dirasakan saat berbelanja, terselip potensi bahaya finansial yang mungkin tidak kita sadari.
Pemahaman tentang Impulsif Buying
Impulsif buying atau pembelian impulsif, merujuk pada tindakan membeli barang atau jasa tanpa perencanaan yang matang dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin timbul.
Fenomena ini tidaklah asing; kita mungkin pernah merasakannya atau bahkan menjadi korban dari perilaku impulsif ini. Contoh sederhana dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika sedang asik menjelajahi media sosial, tiba-tiba muncul iklan atau promo menarik, tanpa pikir panjang, kita langsung memutuskan untuk membeli barang tersebut.
Atau ketika berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, kita tergoda dengan diskon besar-besaran dan tanpa berpikir dua kali, barang pun berpindah tangan menjadi milik kita.
Penyebab Terjebak dalam Impulsif Buying
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu munculnya perilaku impulsif buying ini. Salah satunya adalah Fear of Missing Out (FOMO).
Ketakutan untuk ketinggalan atau tidak menjadi bagian dari suatu tren atau kesempatan memicu keinginan untuk segera ikut serta.
Begitu banyaknya tawaran dan promo di sekitar kita membuat kita merasa harus segera mengambil kesempatan tersebut, sebelum terlambat.