Ketika kita membayangkan peran dalam keluarga, seringkali terbayang gambaran orang tua yang memberi nafkah bagi anak-anaknya, atau anak-anak yang merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
Namun, di tengah realitas kehidupan modern, ada fenomena yang cukup menarik perhatian, yaitu generasi sandwich.
Generasi sandwich merujuk pada individu yang merangkap peran sebagai tulang punggung keluarga, menopang kebutuhan hidup tidak hanya untuk keluarga inti, tetapi juga untuk generasi sebelumnya, seperti orang tua atau kakek nenek.
Fenomena Generasi Sandwich di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara di mana fenomena generasi sandwich cukup umum terjadi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 44,67% penduduk Indonesia bergantung pada masyarakat usia produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Di sisi lain, sekitar 77,8% lansia ditopang oleh anggota keluarga yang masih bekerja. Ini menunjukkan betapa tingginya ketergantungan masyarakat terhadap generasi yang masih produktif secara ekonomi.
Namun, pertanyaan muncul, mengapa fenomena ini terjadi lebih parah di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain? Jawabannya dapat ditemukan dalam beberapa faktor.
Faktor Penyebab Generasi Sandwich
1. Sistem Jaminan Hari Tua dan Pensiun
Sistem jaminan hari tua dan pensiun di Indonesia masih jauh dari ideal. Mayoritas pensiunan hanya menghasilkan sekitar 20% dari penghasilan mereka sebelum pensiun.
Mayoritas masih harus bekerja atau bergantung pada anak-anak mereka. Hal ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Kanada, Swedia, atau Norwegia, yang memiliki sistem jaminan hari tua yang lebih baik dan menyeluruh.
2. Kurangnya Kesadaran Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Kurangnya kesadaran perencanaan keuangan jangka panjang juga menjadi faktor penyebab fenomena generasi sandwich.