Lihat ke Halaman Asli

Muzamil Misbah

TERVERIFIKASI

Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Kesepian dan Kesehatan Mental: Strategi Membangun Hubungan yang Bermakna

Diperbarui: 22 Januari 2024   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kesepian. sumber: freepik

Kesepian, perasaan yang seringkali dianggap tabu untuk dibicarakan, namun dampaknya dapat dirasakan oleh banyak orang. 

Dalam sebuah survei global, satu dari empat orang dewasa mengakui bahwa mereka merasakan kesepian. 

Ini bukanlah masalah sepele; kesepian dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental dan fisik. 

Namun, seiring dengan kompleksitas kehidupan modern, pertanyaan muncul: 

Bagaimana kita dapat mengatasi kesepian? Dan bagaimana kita bisa membangun koneksi sosial yang bermakna di tengah kompleksitas dunia yang terus berubah? 

Mengapa Kesepian Menjadi Isu yang Meresahkan?

Satu dari empat orang dewasa di dunia mengaku mengalami kesepian, dan ini bukanlah statistik yang dapat diabaikan. 

Kesepian bukan hanya sekadar perasaan melankolis, tetapi juga dapat menjadi katalisator untuk berbagai masalah kesehatan mental dan fisik. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa kesepian jangka panjang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, menyebabkan gangguan tidur, dan dalam beberapa kasus, berkontribusi pada perkembangan demensia.

Mengapa fenomena ini begitu meresahkan? Salah satu penyebabnya adalah dampak sosial dari pergeseran identitas individu dalam masyarakat modern. 

Pada zaman dahulu, identitas seseorang sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor seperti keluarga, kasta, atau pekerjaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline