Hiburan, khususnya dalam bentuk konser musik, bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan telah menjadi elemen vital dalam kehidupan masyarakat modern, termasuk di Indonesia.
Namun, di balik euforia dan antusiasme yang menyertai konser, muncul tantangan utama bagi para penggemar, yaitu harga tiket yang terkadang dianggap mahal.
Pertanyaan mengapa konser di Indonesia terasa lebih mahal dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Singapura atau Australia menjadi suatu misteri yang membutuhkan eksplorasi lebih lanjut.
Dalam artikel ini, kita akan menyelidiki fenomena ini lebih mendalam, mencoba memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada harga tiket konser yang terkadang membuat kita terkesima.
Dari perspektif ekonomi, kita akan menjelajahi apakah perasaan bahwa konser di Indonesia mahal adalah ilusi semata atau realitas yang tidak dapat dihindari.
Inflasi atau Ilusi: Menilik Harga Tiket dari Sudut Pandang Waktu
Persepsi bahwa harga tiket konser terus naik sering kali diasosiasikan dengan efek inflasi.
Namun, apakah argumen ini berdiri tegak saat kita mengkaji harga tiket dari perspektif waktu? Dalam perjalanan sejarah, kita dapat menilai perubahan harga tiket sebagai suatu indikator dari dinamika industri hiburan.
Melalui kacamata inflasi, kenyataannya adalah harga tiket konser tidak mengalami lonjakan yang signifikan jika kita melihatnya sepanjang kurun waktu tertentu.
Bahkan, perubahan teknologi yang cepat, seperti kemunculan konser hologram dan platform streaming, memberikan alternatif hiburan dengan biaya yang lebih terjangkau.
Oleh karena itu, pertanyaannya adalah apakah mahalnya tiket konser sebenarnya hanya merupakan ilusi yang dapat diatasi dengan pemahaman lebih mendalam tentang evolusi industri ini.