Indonesia, sebagai salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, menghadapi tantangan serius terkait tingginya angka stunting pada anak-anak.
Stunting, yang merujuk pada pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang terhambat pada anak akibat kekurangan gizi, menjadi fokus pemerintah melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Meskipun upaya ini sudah dilakukan, target penurunan stunting terbukti sulit dicapai jika tidak disertai oleh kemampuan masyarakat untuk mendapatkan makanan yang bergizi.
Realitasnya, harga pangan di Indonesia tinggi, menyebabkan kesulitan bagi sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi.
Tantangan Ketersediaan dan Akses Pangan:
Salah satu kendala utama dalam penurunan angka stunting adalah tantangan ketersediaan dan akses pangan yang bergizi.
Meskipun pemerintah memiliki target ambisius untuk menurunkan stunting, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sekitar satu dari lima anak di Indonesia mengalami stunting.
Hal ini, pada dasarnya, menandakan bahwa sebagian besar anak di Indonesia tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka dengan optimal.
Penting untuk mencermati biaya tinggi yang harus ditanggung oleh masyarakat Indonesia untuk memperoleh makanan bergizi seimbang.
Dengan biaya sebesar 22.000 per orang per hari atau 667.000 per orang per bulan, sekitar 68% atau 183 juta rakyat Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.
Kondisi ini, tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan pangan dan pertanian, dapat menjadi hambatan serius dalam mencapai target penurunan stunting.