Dari kecil, kita diajarkan untuk menyimpan uang. Sejak generasi muda, pentingnya nabung menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai orang Indonesia.
Meskipun begitu, realitas yang terjadi di lapangan tidak selalu seiring dengan ajaran tersebut.
Menurut penelitian terbaru, hanya 24% dari masyarakat Indonesia yang memiliki dana darurat yang memadai. Bahkan, 31% dari generasi Z, atau yang sering disebut sebagai Gen Z, tidak memiliki tabungan, dan jika pun ada, jumlahnya seringkali kurang dari 10 juta rupiah.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan yang sangat relevan: Mengapa, meskipun sudah tahu pentingnya, banyak di antara kita kesulitan untuk menabung?
Artikel ini akan membahas secara lebih mendalam tiga masalah utama yang menjadi hambatan, serta strategi untuk mengatasi tantangan tersebut.
1. Masalah Konsumsi: "You Only Live Once" (Yolo)
Anak-anak muda zaman sekarang dikenal dengan semangat "you only live once" atau lebih dikenal dengan singkatan YOLO.
Mereka cenderung memandang hidup sebagai sebuah petualangan yang harus dinikmati sekarang tanpa memikirkan konsekuensi di masa depan.
Kebiasaan ini sering terlihat dalam keputusan konsumtif, seperti membeli tiket konser mahal atau barang-barang mewah yang sebenarnya tidak menjadi kebutuhan pokok.
Para Gen Z seringkali meremehkan potensi dari situasi darurat yang mungkin memerlukan tabungan. Contoh konkret adalah ketika ada konser idola luar negeri yang mahal.