Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif, banyak lulusan baru (fresh graduate) dihadapkan pada tantangan yang serius dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan mereka.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul sebuah fenomena kontroversial yang mengemuka dalam dunia rekrutmen:
penggunaan BI checking atau pengecekan riwayat kredit sebagai salah satu persyaratan dalam seleksi karyawan.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah praktik ini sesuai dan bermanfaat dalam konteks rekrutmen ataukah justru menjadi momok bagi pelamar yang belum memiliki pengalaman kerja.
Pengertian dan Dasar Penggunaan BI Checking
BI checking, atau lebih tepatnya "credit scoring", adalah proses pengecekan riwayat kredit seseorang.
Proses ini biasanya digunakan oleh lembaga keuangan, seperti bank, untuk menilai kelayakan seseorang dalam mendapatkan pinjaman atau kredit.
Dalam konteks rekrutmen, beberapa perusahaan menggunakannya sebagai indikator tambahan dalam mengevaluasi calon karyawan.
Proses BI checking melibatkan pengumpulan dan analisis informasi terkait riwayat kredit seseorang, termasuk riwayat pembayaran pinjaman, jumlah utang, dan skor kredit.
Meskipun memiliki tujuan awal yang baik, yaitu meminimalkan risiko finansial bagi perusahaan, penggunaan BI checking dalam rekrutmen juga memunculkan beberapa perdebatan yang penting.
Pendapat Pro: Argumentasi dan Alasan Penggunaan BI Checking
Pihak yang mendukung penggunaan BI checking dalam proses rekrutmen memiliki beberapa alasan yang mendasarinya:
1. Pencegahan Terhadap Risiko Keuangan
Salah satu argumen kuat adalah perlunya perlindungan terhadap risiko keuangan bagi perusahaan.