Pernahkah Anda memiliki teman yang telah lulus kuliah empat tahun lalu namun masih kesulitan mencari pekerjaan?
Fenomena ini tidaklah asing dan ternyata tidak hanya dialami oleh beberapa individu, melainkan juga menjadi permasalahan yang diperbincangkan secara luas.
Terkait dengan kesulitan mencari pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi, Menaker Ida Fauziyah telah menyoroti isu ini.
Pada Februari 2023, beliau menyampaikan bahwa pada tahun 2022, angka pengangguran di kalangan lulusan sarjana dan diploma masih mencapai 12 persen.
Salah satu permasalahan utamanya adalah kurangnya keterkaitan antara lulusan dengan kebutuhan industri, yang dikenal dengan istilah link-and-match.
Tingkat Pengangguran dan Ketidakcocokan Skill
Data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2022 menunjukkan bahwa jumlah pengangguran terbuka mencapai 8,4 juta orang.
Dalam angka tersebut, hampir satu juta di antaranya merupakan lulusan perguruan tinggi.
Dalam kategori ini, 673,49 ribu adalah lulusan universitas dan 159,49 ribu adalah lulusan akademi atau diploma.
Namun, perlu diingat bahwa angka ini hanya mewakili puncak masalah, karena terdapat permasalahan fundamental yaitu ketidakseimbangan antara jumlah lulusan dengan jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia.
Pada tahun 2022, data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa terdapat 1,85 juta mahasiswa yang lulus, sementara jumlah lowongan pekerjaan hanya 59.276.
Angka tersebut menurun tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki 507.799 lowongan.