Pada tahun 1929, kita menyaksikan salah satu peristiwa yang mengguncang dunia ekonomi, dikenal sebagai Wall Street Crash. Banyak orang mengalami stres, depresi, bahkan bunuh diri karena kebangkrutan yang merajalela.
Namun, ada satu tokoh yang berhasil mengalami keberuntungan di tengah krisis tersebut, Jesse Livermore. Dia berhasil mengumpulkan kekayaan sekitar 3 miliar dolar AS, yang setara dengan 44 triliun rupiah saat ini.
Sayangnya, kesuksesan besar ini hanya bertahan selama 11 tahun, karena Livermore kehilangan semua kekayaannya dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan tragis.
Mengapa Jesse Livermore Gagal Menjaga Kekayaannya?
Meskipun Jesse Livermore berhasil mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar, dia gagal dalam menjaga kekayaannya.
Seperti banyak orang lain yang pernah kaya, dia jatuh ke dalam perangkap yang sama dengan mempertaruhkan semua kekayaannya di pasar saham.
Setelah mengalami kebangkrutan, dia meninggalkan istrinya dengan utang jutaan dolar, padahal sebelumnya dia hidup dalam kemewahan.
Mungkin saja, kesuksesan besar dan keberhasilan dalam mengumpulkan kekayaan membuat Livermore lebih percaya diri dalam trading.
Dia menjadi semakin yakin bahwa dia bisa mengembalikan kekayaannya dengan mudah melalui perdagangan saham yang agresif.
Namun, kegagalan mengajarkan kita bahwa mencari kekayaan dan mempertahankan kekayaan adalah dua hal yang berbeda.
Getting Wealthy vs Staying Wealthy
Sangat penting untuk memahami perbedaan antara mencari kekayaan (getting wealthy) dan mempertahankan kekayaan (staying wealthy).