Apakah Anda pernah merasakan kecemasan saat melihat stok barang incaran Anda hampir habis?
Mungkin itu adalah tiket konser yang laris manis dan hanya tersisa sedikit, atau barang impian Anda yang stoknya semakin menipis.
Atau mungkin Anda merasa cemas saat melihat produk mahal yang sedang diskon dengan harga yang sangat menggiurkan, namun diskonnya hanya berlaku dalam waktu terbatas.
Perasaan cemas dan takut tersebut mungkin merupakan pengaruh dari strategi pemasaran yang dikenal sebagai "Scarcity Marketing" atau "Marketing Kelangkaan".
Teknik pemasaran ini menciptakan persepsi bahwa sebuah produk sulit didapatkan atau tidak terjangkau oleh kita karena dianggap langka.
Akibatnya, kita menjadi cemas dan takut jika tidak bisa mendapatkan barang tersebut di kesempatan berikutnya.
Anda mungkin pernah merasakan pikiran seperti ini,
"Stoknya tinggal dua, harus buru-buru beli sekarang sebelum habis," atau "Tiket acara hampir sold out, pesan sekarang sebelum kehabisan," atau bahkan "Barang ini bagus dan sedang diskon, diskonnya hanya berlaku hari ini.
Mungkin sebaiknya saya beli agar tidak menyesal nanti."
Pikiran-pikiran semacam itu adalah hasil dari strategi Marketing Scarcity, dan ternyata teknik ini sangat efektif dalam meningkatkan penjualan secara drastis. Tapi mengapa teknik ini begitu ampuh?
Ketika kita ingin membeli sesuatu, sadar atau tidak, ada proses pertimbangan yang kita lakukan. Misalnya, kita mungkin berpikir, "Apakah sekarang waktu yang tepat untuk membeli? Apakah harganya terlalu mahal? Apakah bisa saya dapatkan dengan harga lebih murah di tempat lain? Apakah saya benar-benar membutuhkannya sekarang?"