Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Kawan Main

Diperbarui: 15 April 2020   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tolong! Donclo berulah lagi. Ia mendekati desa." Teriak salah satu warga.

"Berubah." Aku bukan power ranger. Bukan juga superman, apalagi Batman. Tapi aku berjubah.

"Kau, bocah ingusan. Kau tidak akan bisa melawanku. Hahaha."

Kami bertarung dan bertukar jurus. Kali ini sangat sulit sebenarnya. Mobil-mobil hancur, juga bangunan, dan beberapa rakyat semut dan lalat pasir gonjang-ganjing, juga rakyat ayam, kocar-kacir. Desa Pasir porak poranda. Ia seperti minum jamu kuda terbang semalam. Tenaganya sangat kuat, aku terkapar. Untunglah adzan maghrib, Ibu menyuruhku pulang. Donclo pun dijewernya, lalu dimasukkan dalam kardus. Ibu menyelamatkanku.

Esoknya, pasir sudah dikeruk tukang untuk menambal tembok bangunan desa. Sejak saat itu, Donclo tak pernah berulah. Ia tetap di dalam kardus. Sampai suatu hari, Ia hilang entah kemana. Mungkin Ibu sudah menukarnya dengan 1 ons minyak curah.

***

Hari ini kelas bak hutan rimba. Ada tumbuhan beracun yang samar dengan tumbuhan lain. Mereka semua hijau. Seperti aku harus meneliti satu per satunya, agar aku tak perlu sampai bermalam di sana. Siang pun gelap, apalagi malamnya.

Sekelebat putih tiba-tiba mengagetkanku. Itu samar tapi jelas aku tak bisa menyangkalnya.

"Donclo?" Ah, sial. Fikiranku sendiri tak bisa aku rem.

Praangg... Angin menerjang kaca kelas dengan kencang. Seisi kelas menjerit kacau. Semuanya berebut keluar.

"Donclo!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline