Pada suatu malam, Aku dibangunkan dengan menepuk dadaku beberapa kali. "Maaf, aku membangunkanmu," katanya.
"Ini penting. Ada yang sangat ingin sekali bertemu denganmu." Tambahnya. Aku hanya mengangguk sembari mengusap2 mata dengan telunjuk dan ibunya.
"Baiklah. Siapa dan apa halnya?" Tanyaku.
Kemudian Ia bergeser sedikit, sembari menelungkupkan sayapnya yang besar. Rupanya ada satu dewasa dan satu lagi, mungkin anaknya. Keduanya menggunakan jubah hitam yang menutup semua badan, bahkan kepalanya. Aku tak bisa melihat mukanya.
"Baiklah. Siapakah kalian? Dan ada apa gerangan?"
"Izinkan kami untuk tidak kau kenal pada frekuensi yang lain, cukup pada frekuensi ini saja." Pinta si dewasa. Aku mengangguk dan sedikit heran.
"Perkenalkan. Dulu aku bertugas untuk menjadi pendampingmu sampai hari pensiunku. Lalu aku digantikan oleh anakku, tepat satu tahun ini." Jelasnya, sambil memegang bahu anaknya.
"Anakku sangat resah, lalu Ia memanggilku untuk mendampinginya menemuimu. Aku tidak bisa menemuimu dengan mudah. Butuh beberapa lama untuk meminta izin pengawalmu. Jadi, kami mohon kerelaan hatimu untuk berbincang beberapa saat."
"Baiklah. Apa hal yang bisa aku bantu?"
Ia kemudian menoleh ke anaknya, meminta meneruskan perbincangan hangat ini. Ia pun pamit setelahnya.
"Dengan sebutan apa aku harus memanggilku?" Tanya anak itu.