Matahari pagi masih malu-malu keluar dari peraduannya, warna keemasan menyertai munculnya perlahan, tidak seperti sahabatku yang datang kerumah, di pagi buta ini, kukatakan pagi buta karena memang aku baru pulang dari Masjid selesai melaksanakan sholat shubuh, dia sudah ada di depan rumah, dan masih mengenakan pakaian rumah, karena setahu aku, sahabatku ini bekerja pada perusahaan obat, dia adalah seorang apoteker.
Aku cukup terkejut saat dia mengatakan dia termasuk salah satu pegawai yang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namanya Adi, memang dia terkenal kutu loncat, sudah beberapa kali pindah dari perusahaan obat yang satu ke perusahaan obat yang lain, ada tawaran bagus sedikit pindah, sehingga melihat dia seperti ini agak bingung juga, seharusnya seusia seperti dia kalau masih mau jadi pekerja bertahanlah terkecuali kalau ada niatan mau buka usaha sendiri.
"Tumben, ada apa, Di?"
"Lo bisa bantu gua cari kerja ngak?"
"Lha, mau pindah lagi?"
"Bukan mau pindah, gue di PHK."
"Emang apa salah lo?"
"Bukan salah gua, salah BPJS nih."
"Lha, apa hubungannya BPJS dengan PHK lho."
"Rumah Sakit-Rumah Sakit yang order obat di Perusahaan gue, sudah empat bulan tidak ada yang bayar, angkanya sudah mendekati T, kalau di jumlah, nah perusahaan tidak mau memberi obat ke rumah sakit kalau belum membayar dulu sebagian utang yang ada, rumah sakit ternyata belum mendapat pembayaran dari BPJS sehingga Rumah Sakit juga belum bisa membayar ke perusahaan gue."
"Masuk dulu, ke dalam sekalian kita sarapan, biar enak ngobrolnya, tapi sampai jam 07.15 saja ya, karena aku harus kerja." Pintaku