Lihat ke Halaman Asli

Misbah Murad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Demonstrasi yang Batal

Diperbarui: 10 November 2019   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini, sepulang istriku dari Kalimantan, kubiarkan dia istirahat sekitar lima belas menit, setelah itu ku ajak dia ke kebun yang jaraknya sekitar satu kilometer dari tempat tinggal kami.

Tadi aku sengaja tidak menjempunya di stasiun damri botani, kubiarkan anak tertua ku yang menjemputnya dengan sepeda motor, toh yang dibawa hanya satu traveling bag kecil, karena istriku hanya empat hari di Balikpapan, melihat keadaan rumah kami yang sudah tidak diperpanjang lagi sewanya, dan melihat tanah kami dekat dengan rencana pemindahan ibu kota, karena beberapa hari yang lalu ada yang menghubungi ingin membeli tanah itu.

Tanahnya tidak begitu luas, hanya berukuran 10 x 20, awalnya untuk mendirikan bangunan dan buat santai saja disitu karena tidak jauh dengan dermaga penyeberangan Balikpapan-Penajam, namun karena mutasi lagi Jawa saat itu, sehingga tidak jadi membangun. Dahulu membeli tanah itu seharga Rp. 40.000.000,- dengan sistim mencicil selama empat bulan, jadi satu bulannya sebesar Rp. 10.000.000,-, sekarang ada pembeli yang bersedia membayar Rp. 100.000.000,-, namun dari tetangga di sekitar situ mengatakan, baru beberapa hari yang lalu ada yang berani membeli Rp. 150.000.000,- dengan ukuran yang sama.

Kebetulan sebelum berangkat dari Balikpapan aku sempat berpesan kepada istri tadi malam untuk di belikan nasi kuning iwak haruan, makanan kesukaan ku khas Kalimantan. Ingin sarapan di kebun menikmati kolam ikan, buah dan sayuran yang ada di kebun, istri hampir enam bulan tidak melihat-lihat kebun, aku ingin menunjukan sesuatu kepadanya di kebun.

Kami beriringan melintasi jalan menuju kebun, setelah memarkirkan kendaraan, motor tidak di masukan ke kebun karena rencana tidak terlalu lama di kebun, hanya sekedar sarapan saja.

Pintu pagar kubuka kuncinya, karena memang kebun kami di tembok setinggi 3 meter, dan hanya ada satu pintu untuk keluar masuk, apabila pintu ditutup aktivitas di dalam tidak ada yang mengetahuinya.

Begitu pintu terbuka istri tersenyum melihatnya, sayur mayur dan buah-buahan mulai mekar di dalam poli bag, tidak ada belukar dan alang-alang, karena kemarin sabtu sudah dibersihkan, bawang dayak yang kami tanam di dalam beberapa poli bag sangat subur, belimbing dan rambutan sudah bermunculan bunganya begitu juga dengan lengkeng, mungkin sekitar dua bulan lagi sudah bisa di panen rambutannya, Gazebu sudah bersih dan terdapat galon aqua di tengahnya, namun alangkah kagetnya dia saat melihat kolam ikan, airnya tinggal sejengkal, tidak ada air masuk dari sungai. Ikan nila bermunculan, namun ikan mas yang biasa muncul tidak ada sama sekali, mungkin pada matian.

"Kok air nya tidak ngalir dan tinggal sedikit, pah.?"

"Ia, hari ini kita mau demo, dengan developer yang membangun diatas, karena dia menutup aliran sungai, dia menampung air untuk kegiatan pembangunan di komplek tersebut."

"Kenapa harus demo, kalau bisa dibicarakan baik-baik."

"Kata pemilik pemancingan disini, sudah diperingatkan tapi tidak ada tanggapan, makanya tadi malam papa di hubungi untuk ikut demo."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline