Salam Petualang,
Hari Pertama, Medan
Kompasianer, Kali ini kita menjajal Daerah Medan dan sekitarnya, sudah beberapa kali menginjakan kaki kesini, kalau kesini selalu di awali dengan minum kopi duren yang ada di salah satu resto di dalam Bandara Kualanamu ini, kopinya sangat nikmat, sampai satu hari masih terasa rasa durennya dan saat pulang nanti disamping minum lagi satu gelas juga membeli lima saset atau sepuluh saset, tergantung keuangan yang tersisa.
Bandara Kualanamu
Bandara Kualanamu terletak di Kabupaten Deli Serdang, kalau Bandara yang ada di Indonesia umumnya menggunakan nama Pahlawan di daerah tersebut, beda dengan Bandara ini namanya Kualanamu, saya bertanya dengan driver yang menjemput di bandara kenapa dinamakan Kualanamu.
Kualanamu berasal dari kata "Kuala" dan "Namo", Kuala artinya muara sungai dan Namo artinya Lubuk, ini diambil dari bahasa Karo. Dan Bandara ini hampir mirip dengan Bandara Kualumpur, Secara sederhana artinya Kualanamu berarti pertetemuan dua sungai yang berlumpur.
Kepada Driver kali ini saya minta diantar ke Masjid Raya dulu untuk melaksanakan Sholat
Masjid Raya Al -- Mashun
Pendiri Masjid Raya Medan adalah Sultan Mahmud Al-Rasyid, beliau jualah pendiri Istana Maimun. Dari catatan sejarah yang ada Masjid Raya Medan berdiri pada tahun 1906 dan diresmikan pada tahun 1909.
Masjid Raya Al-Mashun merupakan salah satu bangunan tertua di Medan, peninggalan Sultan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi serta sangat monumental, luasnya mencapai 5.000 m2, di bangun diatas lahan seluas 18.000 m2, masjid raya ini berusia lebih dari satu abad.
Konon menurut cerita Masjid ini dari dulu sampai saat ini belum pernah di renovasi, katanya dari pihak Pemerintah pernah akan melakukan renovasi terutama pada bagian-bagian yang rusak dimakan usia, namun banyak yang melarangnya dengan alasan takut nilai seni dan gaya arsitekturnya akan hilang.