Seorang Liem Oei Ping, Tiong hwa asal Sulawesi Tengah yang membangun kawasan Rumah Hutan Cidampit di Serang, ia adalah seorang perantau yang masuk di Kota Serang pada tahun 1962, menurut penjaga di Rumah Hutan Cidampit, Liem hanya datang kadang satu minggu satu kali datang kesini, ia memiliki toko pakaian di kawasan Royal Serang.
Saat saya dinas di Serang, rumah kontrakan tidak terlalu jauh dari Alun-Alun Kota Serang, sedangkan jarak rumah ke Rumah Hutan Cidampit, saya tempuh dengan kendaraan roda empat sekitar, 40 menit sudah sampai di lokasi, menuju lokasi Rumah Hutan kita berjalan kaki sekitar 500 meter.
Sangat cocok untuk berlibur dan menenangkan diri disini, atau bagi yang suka berkemah, di tempat ini cukup mengasikan, di samping suasana hutan terasa, juga tidak terlalu jauh dari perkotaan.
Tempat parkir untuk kendaraan, sudah di sediakan oleh beberapa penduduk yang kebetulan di depan rumahnya ada tanah kosong, biaya parkir se ikhlas kita, mereka tidak mematoknya.
Rute terdekat kalau dari Alun-Alun kota Serang menuju Rumah Hutan Cidampit, kita menyusuri dulu jl. Husein Jayadiningrat, trus menuju jalan KH. Amin Jasuta, Kita akan melewati Brimob Polda Banten, terus saja dari sini hingga ke Jl. Raya Taktakan, disana kita nanti akan melewati TPA, sampah yang menumpuk, kalau hujan akan terasa aroma kurang sedap kalau arah angin menuju jalan raya, Sesampai pertigaan JL. 45 Desa Sayar, berbelok melewati jalan tersebut, sekitar 3 kilometer, kita sudah sampai di tempat parkirnya, dan berjalan kaki menuju rumah hutan cidampit.
Saya kesana pembangunan jalan dan sumur masih dilakukan oleh pekerja, menyusuri anak sungai kecil, sekitar 1 sampai 1,5 meter saja luasnya, karena cuaca cerah, anak aliran sungai tidak dalam dan tidak luas, saya bertanya dengan dua orang pekerja yang sedang membuat sumur, buat berselfie, masih jauh Rumah Cidampitnya, pak ? dua ratus meter lagi kedepan, ikuti aja jalan ini, kata salah satu bapak sambil menunjukan tangannya kearah hutan.
Di tengah perjalanan saya menjumpai beberapa maklumat-maklumat, sangat menyejukkan hati kalimat-kalimatnya, awalnya saya berfikir yang punya ini seorang muslim, karena serang terkenal juga dengan kota santri.
Ada beberapa bangunan dari kayu di lokasi ini, ada warung yang disediakan untuk beristirahat pengunjung, dan untuk makan minum ringan tentunya, di tengah-tengah terdapat lapangan, juga terdapat perpustakaan kecil.
Ada ayunan, dan terdapat beberapa pohon durian yang cukup besar, sayangnya saat saya kesana mereka hanya semyediakan makanan ringan, tidak ada lontong sayur kesukaan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H