Lihat ke Halaman Asli

Misbah Murad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Neraka dan Pemandian Air Panas

Diperbarui: 4 Maret 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam ini Catur, menulis status di Facebook-nya begini : "Ada yang mengusulkan nama "Neraka" diganti, karena nama itu terlalu menakutkan. Jadi di ganti dengan nama "Pemandian Air Panas."

Dalam hitungan detik, puluhan teman dan komunitasnya menanggapi dengan berbagai komentar dan statusnya itu. Mereka menanyakan dari mana dapat ide itu, karena jaman sekarang lagi sensi-sensinya.

Lama saya mencoba menunggu jawaban atas statusnya, yang di komentari oleh banyak sahabat, rupanya Catur menggantungnya, membiarkan pendapat dari kerabat atas statusnya tersebut.

Dari namanya kita tahu "Catur" adalah orang Jawa, dari nama juga kita tahu dia adalah anak ke empat, entah "Catur" berapa orang jumlah saudaranya.

Mencari sesuap nasi di Bogor, sebagai salah satu manager di sebuah perusahaan ternama, milik seorang janda, sebagai seorang design grafis, sesuai dengan ilmu yang di geluti selama ini,  di samping itu dia juga sebagai ustadz di kalangan kami, komunitas gowes nya.

Saya mencoba lagi membuat status ulang, karena komentar saya tidak mendapatkan jawaban, komen yang saya tulis " Ada kaitanya dengan "Kafir" aa ????

Lama saya menunggu, sebuah jawaban, tapi jawaban itu tak kunjung saya dapatkan, sampai waktu menunjukan pukul 20.30, waktu dimana saatnya saya harus tidur, agar aktifitas esok segar kembali.

Sebelum memejamkan mata, saya mencoba kembali bergumam kata "neraka" , Neraka merupakan suatu tempat yang sangat mengerikan disediakan oleh Allah untuk umat manusia setelah hari kiamat tiba. Berdasarkan amal dan dosa dari tiap-tiap individu semasa dia hidup di dunia.

Neraka memiliki tingkatan-tingkatan begitu juga dengan surga, perlahan namun pasti, mata saya mulai tertutup, lelap dan lelap....sebagai mana dengan sebuah status yang tidak terjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline