Lihat ke Halaman Asli

Misbah Hayati

Mahasiswa Program studi Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin, UIN Suska Riau

Maghrib Mengaji: Tradisi Islami dalam Penguatan Spiritualitas dan Sosial Masyarakat di Desa Kuala Pusung Kapal

Diperbarui: 28 Agustus 2024   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Magrib mengaji

Maghrib Mengaji, sebuah tradisi yang akrab di telinga masyarakat Muslim, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Setiap petang, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terdengar mengalun lembut, menandai datangnya waktu Maghrib. Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, tetapi memiliki makna mendalam serta manfaat yang luar biasa bagi masyarakat, khususnya di Desa Kuala Pusung Kapal.

Maghrib Mengaji adalah salah satu tradisi Islami yang kental dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya. Kegiatan ini dilakukan setelah shalat Maghrib, di mana umat Islam menyisihkan waktu untuk membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan memperdalam pemahaman agama. Tradisi ini tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan budaya di dalam masyarakat Muslim.

Waktu Maghrib adalah momen sakral, peralihan dari siang menuju malam. Dalam perspektif spiritual, ini adalah saat yang sangat istimewa untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui kegiatan mengaji, anak-anak dapat belajar tentang disiplin, kesabaran, dan pentingnya ilmu pengetahuan. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mempererat tali silaturahmi antar anggota masyarakat.

Di tengah derasnya arus teknologi dan informasi, tradisi Maghrib Mengaji tetap relevan dan bahkan semakin berkembang, seperti yang terjadi di Desa Kuala Pusung Kapal, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang. Di desa ini, tradisi Maghrib Mengaji masih dilestarikan dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Desa Kuala Pusung Kapal gencar melakukan gerakan Maghrib Mengaji untuk membudayakan kegiatan membaca Al-Qur'an setelah shalat Maghrib di kalangan anak-anak. Adapun kegiatannya berupa muraja'ah atau mengulang hafalan surah-surah pendek yang dilakukan di Masjid sebelum waktu Maghrib tiba dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an setelah shalat Maghrib. Sebelum adzan Maghrib berkumandang, selalu terdengar lantunan surah-surah pendek yang dilantunkan oleh anak-anak desa Kuala Pusung Kapal dan setelah selesai shalat Maghrib, para anak-anak desa Kuala Pusung Kapal langsung mendatangi rumah-rumah tempat mereka belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama seperti praktik wudhu, praktik shalat, dan lain-lain.

Budaya Maghrib Mengaji di Desa Kuala Pusung Kapal sudah diterapkan sejak puluhan tahun yang lalu. Yang mana kegiatan ini diawali oleh seorang gadis bernama Nur Asma yang sekarang sudah berusia 60 tahun. Pada awalnya, Ibu Asma memulai kegiatan ini dengan mengajar mengaji di Masjid setelah shalat Maghrib yang muridnya hanya sedikit. Namun lama kelamaan, jumlah murid yang ingin belajar mengaji semakin banyak karena ternyata banyak yang berminat untuk belajar mengaji. Dan seiring berjalannya waktu, ternyata ada beberapa orang yang bersedia untuk mengajari anak-anak belajar mengaji di rumahnya. Hingga akhirnya, saat ini terdapat beberapa titik tempat untuk anak-anak bisa belajar mengaji. Dari yang awalnya hanya ada satu tempat dan satu guru ngaji yaitu Ibu Asma yang mengajar di Masjid, namun sekarang ada 7 titik tempat anak-anak belajar mengaji yaitu di rumah-rumah warga dan satu di Masjid dengan jumlah murid berkisar antara 10 sampai 35 murid di setiap rumahnya.

Adapun tujuan dari Maghrib Mengaji ini yaitu untuk memperdalam pemahaman Agama, dimana mengaji setelah shalat Maghrib memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk memahami lebih dalam ajaran-ajaran dalam Al-Qur'an. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, Maghrib Mengaji juga dapat  meningkatkan keimanan dan ketakwaan, membaca Al-Qur'an dan berdzikir adalah bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kegiatan ini membantu meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat Islam. Dan kegiatan Maghrib Mengaji ini dapat membangun kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari, dimana disiplin dalam membaca Al-Qur'an setiap hari dapat memberikan dampak positif terhadap akhlak dan moral seseorang khususnya anak-anak.

Maghrib Mengaji juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial umat Islam, yaitu dapat mempererat silaturahmi. Kegiatan mengaji bersama-sama, baik di rumah maupun di masjid, dapat mempererat hubungan antar anggota keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat menciptakan ikatan yang kuat dan harmonis dalam hubungan sosial. Maghrib Mengaji juga dapat menjadi jembatan pendidikan anak-anak karena Maghrib Mengaji merupakan waktu yang ideal untuk mendidik anak-anak tentang pentingnya membaca Al-Qur'an dan memahami ajaran Islam. Orang tua dapat membimbing anak-anak mereka dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Selain itu, Maghrib Mengaji yang dilakukan secara kolektif dapat meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan antar sesama umat Islam.

Maghrib Mengaji adalah tradisi yang penuh dengan makna dan manfaat. Selain memperdalam pemahaman agama dan meningkatkan keimanan, kegiatan ini juga memiliki peran penting dalam mempererat hubungan sosial dan mendidik generasi muda. Dengan menjaga tradisi maghrib mengaji, umat Islam dapat terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Tradisi Maghrib Mengaji adalah warisan yang sangat berharga bagi umat Islam. Dengan terus melestarikan dan mengembangkan tradisi ini, kita dapat mencetak generasi muda yang cerdas, berakhlak mulia, dan cinta Al-Quran.

Penulis : Dera Nurhidayati, Delegasi KKNMS V IAIN Langsa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline