Lihat ke Halaman Asli

Sang Pencerah, A Short Review

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sang pencerah adalah salah satu film Indonesia yang penasaran gw pengen tonton. Mungkin karena terprovokasi status fesbuk seorang teman yang bilang film ini teopebegete. Karena dia orang Bandung, jadi percaya saja. Hanya, gw agak ragu setelah seorang teman dari Bandung lainnya distatus fesbuknya menulis kalau film ini aneh. Menurutnya referensi sejarahnya kurang, malah yang ada konflik interest sutradara dan penulis skenario yang masuk ke alur cerita.

Faktor lainnya, mungkin karena salah seorang kakak gw pernah sekolah di  SMA Muhamadiyah. Gw sendiri merasa bukan orang Muhamadiyah, tapi orang Melayu. Jadi, wajar jika sangat ingin tahu seperti apa sosok orang besar KH Ahmad Dahlan.

Proses menonton film ini lumayan merepotkan. Kamis sore  (16/9), Karcis pertama yang gw beli di XXI Blok M Plaza hangus. Karcis itu jadi milik dua orang ABG yang kebingungan setelah tiketnya gw berikan ke mereka. Beberapa menit menjelang filmnya diputar gw dapat telp harus balik ke kantor secepatnya. Damn. Kesempatan nonton film ini baru datang lagi malam minggu (18/9) di XXI Metropole,Cikini.  Kursi Studio 2 yang memutarnya hampir full.

Mmm…. apa ya?…dari semua film karya Saiful Jamil, inilah filmnya yang paling berhasil dan paling cerdas. Lumayan menjauhkan diri darikesan menggurui penonton lewat pemahaman agama klise seperti kelakuan film Ayat-ayat Cinta (AAC). pfffuahh.

Film karya Saiful Jamil? ya….gw lebih senang menyebut Hanung Bramatyo dengan Saiful Jamil karena pernah menonton Tarix Jabrix, film Hanung lainnya. Salah satu adegan dengan humor yang classy dan elegan di film itu yang paling gw ingat adalah kemunculan Hanung beberapa menit saat lagi benerin mobilnya di bengkel Si Dadang. Franchine Roosenda dengan muka tanpa dosa mengira Hanung adalah Saiful Jamil, penyanyi dangdut terkenal.

Kembali ke Sang Pencerah, menurutku suami Zaskia Mecca ini sebenarnya punya banyak ide untuk menampilkan visualisasi Indonesia awal abad 20.Hanya karena budget terbatas sebagaimana dihadapi produser dan sutradara non hollywood lainnya maka pilihan untuk menampilkan seperti yang sudah tersaji di film ini adalah pilihan terbaik. Strategi yang juga dipilih banyak sutradara film Iran dan Eropa.  Ini terlihat sekali saat menampilkan lanskap Keraton, Stasiun Tugu, Jalan Malioboro dan kota Jogya yang terlalu suram. Gw yakin fim ini nggak akan pernah menang untuk kategori best picture dalam festival manapun.

Dalam urusan pemilihan aktor, sutradara lumayan jeli menampilkan aktor yang bisa menyedot simpati dan ingatan publik dengan kemunculan Ihsan Idol, Sujiwo Tedjo, Giring, Joshua,dan Ikranagara. Aktor Utama, Lukman Sardi,cukup  total bermain. Sementara Zaskia Mecca juga terpuji aktingnya.

At all, Sang Pencerah, layak dibanggakan. Nggak rugi nontonnya. Meskipun gw ingat banget teman gw sempat-sempatnya kentut saat nonton film ini. Anjriiit.

SP berjasa menghadirkan KH Ahmad Dahlan secara sangat humanis dan aktual.Dari film ini kita bisa belajar bahwa musuh kemanusiaan dan Muhamadiyah sebenarnya adalah kebodohan dan kemiskinan. Bagi Orang Muhamadiyah,dengan banyaknya kekayaan dan aset persyarikatan sekarang, sepertinya pesan KH Dahlan yang ada dalam satu adegan film ini benar-benar harus diamalkan. “Hidup-hidupilah Muhamadiyah.jangan cari  hidup dari Muhamadiyah”. [ ]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline