Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Dr. Mun'im, Dokter Forensik yang Paling Jujur, setahu Saya

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13802575121552047543

[caption id="attachment_291092" align="aligncenter" width="576" caption="Foto beliau belum lama ini"][/caption]

“Papa Im meninggal,” itulah kalimat yang membangunkan saya pagi ini.

Akhirnya satu-satunya saksi ahli yang berani menungkap kebenaran di balik kasus matinya Marsinah meninggal. Setelah melalui perjuangan singkat selama 23 hari melawan kanker pankreas danmenjalani operasi besar beberapa hari yang lalu, Dr. Mun’im Idris meninggal di umur 66 tahun. Sebenarnya bukan hanya kanker Pankreas yang memicu menurunnya kondisi beliau, tetapi juga penyakit diabetes yang 10 tahun sudah menghantuinya membuat daya tahan Papa Im menurun setelah menjalani operasi selama 6 jam.

Tak banyak kenangan saya dengan beliau, seperti dokter ahli forensik RSCM lainnya, uwak saya yang satu ini sangat sibuk dan nyaris jarang terdengar kabarnya di lingkungan keluarga. Selain di acara keluarga besar, saya hanya sempat beberapa kali melihat beliau, itu pun dari acara televisi.

[caption id="attachment_291093" align="aligncenter" width="333" caption="Papa Munim bersama mama Kris"]

13802575461783307001

[/caption]

Mungkin tak banyak orang yang kenal Dr. Mun’im, tetapi di bidangnya, di dunia kedokteran dan ilmu forensik, nama beliau sudah jadi legenda. Bagaimana tidak? Di jaman Orba, hanya beliaulah yang berani dengan lantang mengatakan bahwa Marsinah meninggal bukan karena dianiaya, tapi mati akibat tembakan. Karena pernyataan beliau ini, muncul isu bahwa sebenarnya Marsinah bukan dibunuh oleh bosnya dari PT Catur Putra Surya tetapi dibungkam karena dianggap telah memicu pergerakan buruh yang bisa mengancam posisi pemimpin kala itu, karena seperti yang kita tahu bahwa di jaman orba, akses senjata api hanya dimiliki oleh pihak militer. Tak menghiraukan ancaman para “assasin orde baru, Papa Im  setia dengan sumpah dokternya, dan tetap menjunjung tinggi kebenaran dan memberi kesaksian berdasarkan ilmu pengetahuan.

Dengan keahlian dan pengalaman yang beliau miliki, Papa Im sudah membantu polisi dalam banyak kasus pembunuhan, kasus Ryan sang penjagal dan penelitian atas pembunuhan aktivis Munir juga ada di antaranya. Menurut cerita yang saya dapatkan, semasa beliau mengabdi, semua hasil otopsi yang beliau tangani tak ada yang berani memanipulasinya sedikitpun. Dr. Mun’im bertekad bahwa selama masa pengabdiannya, beliau tidak akan mengubah fakta dari hasil kerjanya, biar ditodong pistol sekalipun.

Dengan menelusuri kebenaran lewat tubuh kaku, kita bisa menyelamatkan banyak hati dari kesedihan dan dendam,”

Kini beliau telah tiada. Tak saya sangka, posting pertama saya di Kompasiana justru berisi kabar duka seperti ini. Jasad beliau hari ini dikebumikan di TPU Menteng Pulo. Semoga Allah membalas segala pengabdian dan memberikan tempat yang paling baik di sisi-Nya dan semoga bibit-bibit baru yang memiliki semangat seperti beliau bermunculan di Indonesia.

foto: Grup Keluarga Besar Syuhaemi

blog Dr. Mun'im

Video beliau di salah satu acara televisi,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline