Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya di Desa Kemiri, Mojokerto Mengembangkan Inovasi Produk Pengolahan Limbah Minyak Goreng dan Oli Bekas

Diperbarui: 17 Juli 2024   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demonstrasi (Dokpri)

Mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya di Desa Kemiri, Mojokerto, sedang mengerjakan sebuah program kerja inovatif yang bertujuan untuk mengolah limbah minyak goreng bekas dan oli bekas menjadi bahan bakar kompor. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk membantu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, tetapi juga untuk memberdayakan UMKM Catering di Dusun Nono, Desa Kemiri. Dalam upaya   mengurangi ketergantungan pada LPG yang kadang langka dan mahal harganya, mahasiswa-mahasiswa ini telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan limbah minyak goreng dan oli bekas digunakan kembali sebagai bahan bakar kompor. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya menghasilkan solusi ekonomis yang lebih terjangkau bagi UMKM Catering, tetapi juga menjaga lingkungan dari dampak negatif limbah yang tidak terkelola dengan baik.

                                                                

Program Kerja ini melibatkan 34 mahasiswa yang terorganisir dalam 12 sub kelompok, dengan masing-masing sub kelompok memiliki program kerja yang berbeda. Salah satu sub kelompok, yaitu sub kelompok 2 yang beranggotakan Yoga Kurniawan W, A. Akbar Ibrahim

                                                

Penjelasan Program (Dokpri)

Mirza Azzahra Kisworo sedang fokus mengembangkan teknologi kompor berbahan bakar limbah minyak goreng dan oli bekas. Dengan bimbingan dari Dr. Tries Ellia Sandari, MM., CMA., mereka berusaha menciptakan produk yang tidak hanya inovatif tetapi juga dapat diterapkan secara praktis oleh UMKM Catering lokal.

Hasil dari program kerja ini telah mendapatkan tanggapan positif dari pelaku UMKM Catering di Dusun Nono. Mereka menyambut baik kehadiran kompor berbahan bakar alternatif ini karena dapat menjadi solusi alternatif yang handal ketika pasokan LPG terbatas. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya menjadi contoh keberhasilan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat lokal, tetapi juga sebagai langkah konkret dalam mendukung keberlanjutan lingkungan serta ekonomi lokal di Mojokerto.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline