Hari Minggu tanggal 25/05/2020 menjadi keputusan pemerintah jatuhnya tanggal 1 Syawal 1441 H, hari yang menjadi simbol kemenangan bagi kaum muslim di seluruh Indonesia setelah berpuasa selama 30 hari di bulan Ramadhan. Suasana kemenangan dan kemeriahan di setiap sudut desa tidak bisa dihindarkan. Gemuruh suara takbir, tahmid, tasbih dan tahlil menggema dengan penuh kebahagiaan. Namun berbeda dengan tahun ini, berbagai bentuk kegiatan di malam kemenangan seperti takbir keliling, perlombaan kendaraan takbir dan lain sebagainya tidak dapat dilakukan seperti biasanya, mengingat ancaman virus covid-19 masih menyelimuti di Indonesia.
Momen IdulFitri sebagai puncak kemenangan kaum muslim setelah sukses berpuasa dan menahan nafsu. Kata IdulFitri terdiri dari dua kata,yakni Ied yang berarti kembali dan Fitri yang berarti suci. Sesuai dengan maksud arti kata tersebut kaum muslim diharapkan kembali suci seperti kertas putih bersih yang belum memiliki noda apapun.
Salah satu ritual keagamaan yang tidak pernah lepas dari momentum IdulFitri adalah bersilaturahmi. Di Indonesia sering kita dengar istilah silaturahim dan silaturahim, lalu manakah yang benar? Menurut muffasir Indonesia, bapak Quraish Shihab, kata silaturahim dan silaturahmi sama-sama benar, yang satu diambil dari kata shilah dan rahim, yang satu shilah dan Rahmi (diambil dari kata Rahmat). Secara umum makna kata silaturahim maupun silaturahmi diartikan sebagai tali persaudaraan. Hal ini menjadi perantara untuk saling memaafkan atas segala kesalahan, kekhilafan, perselisihan dan penghapusan dosa sesama manusia.
Dalam budaya Islam di Indonesia, silaturahmi di momen idfitri menjadi sebuah agenda wajib untuk berkunjung ke orang tua, keluarga, tetangga, dan masyarakat. Tidak heran setiap tahun keluarga yang berada di perantauan mudik atau pulang ke kampung halaman untuk menjalin suasana penuh keakraban dan kekeluargaan bersama orang-orang terdekat.
Namun di tahun ini suasana kemeriahan silaturahmi seperti mudik, bersalaman, dan bertamu sementara harus ditunda. Pemerintah telah menetapkan larangan untuk tidak mudik terlebih dahulu sebagai bentuk pencegahan penularan virus covid-19. Semua orang diminta untuk tetap melakukan physical distancing atau menjaga jarak fisik. Kehangatan silaturahmi tetap harus dilakukan meskipun tahun ini dengan cara yang berbeda. Adapun cara bersilaturahim bisa dilakukan di rumah masing-masing dengan memanfaatkan internet dan teknologi komunikasi.
Masyarakat bisa menggunakan aplikasi WhatsApp, Skype, Facebook, Zoom, Instagram, dan platform komunikasi lain, atau bisa juga dengan mengirimkan hadiah kepada orang tua atau keluarga sebagai ganti biaya pulang kampung. Meski dilakukan dengan cara yang berbeda dan tidak lazim seperti tahun-tahun sebelumnya, cara ini sebagai alternatif terbaik untuk menjaga keselamatan dan menjaga diri dan keluarga dari bahaya virus covid-19.
Bentuk silaturahim bisa saja berubah, namun makna dari merajut tali persaudaraan masih tetap bisa kita jaga. Lebih baik kita menunda untuk tidak mudik terlebih dahulu demi menjaga diri dan keluarga kita di kampung halaman, karena virus ini belum ada obatnya, siapa saja bisa jadi penular, siapa saja bisa tertular dan bisa sakit tidak pandang usia tidak pandang status sosial.
Kita harus memahami bahwa makna silaturahmi tidak hanya dilakukan pada momentum lebaran saja, bisa dilakukan di waktu yang lain. Makna silaturahim harus menyadarkan diri kita bahwa manusia tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Hubungan yang sempat renggang akibat kesalahpahaman diharapkan dapat tersambung kembali. Dengan cara baru dalam bersilaturahmi kita saling memaafkan menuju kesucian jiwa yang fitri.
Selamat Idulfitri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI