Lihat ke Halaman Asli

[Haibun] Malam Kudus Berdarah

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikala keheningan mewarnai hari peringatan kelahiran Kristus, seketika ingatan bersama mimpi purnama memudar. Sepi lalu-lalang di jalan, hanya kadang terdengar suara trem menderu kencang memecah kesunyian malam, hembusan angin dingin berdesir, menerpa tirai batasan dinding tua, dan berbisik kepada bangsa-bangsa di kaki langit, Eksploitasi Area tambang emas Lahan tercemar Tragedi Bima Air limbah kubangan Berlumur darah Saat lembaran hitam terukir dalam kumpulan catatan harian, guratan pena bertinta emas, sirna memaknai jejak kehidupan sang juru selamat umat manusia. Waktu menuntun malam, tak urung melintasi kenangan kelam menyita heningnya malam kudus. Menguak tabir Di Pelabuhan Sape Luka bernanah Moncong senjata Sang penguasa zalim Rakyat berontak Bukan takdir menjejak napak tilas pesisir pantai emas, berbusung lapar Walau hati dan jiwa menyelimuti kekaguman gemerlapnya citra warna Natal cengkraman tak luput dari jubah sang pemodal bergaun egosentrisme merajut mata rantai, kawat berduri membentang krisis sistem keuangan sang adikuasa pun takabur mengangkangi keadilan dan hak kemanusiaan Makna merdeka Bebas dari tirani Diperjuangkan MiRa - Amsterdam, 7 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline