[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: tempo.co"][/caption] "Diputuskan HT akan resign dari Hanura. Beliau sudah berjanji dengan kedua tokoh (Prabowo dan Jokowi) untuk memberikan support. HT akrab dengan kedua tokoh ini, beliau akan membantu keduanya sebagai sahabat. Punya network dan punya media" - Wiranto Kisruh internal partai Hanura tampaknya sudah berakhir. Suara - suara sumbang sejumlah pengurus partai yang selama ini menginginkan Hary Tanoesoedibjo (HT) mundur dari Hanura akhirnya diamini Wiranto. Hari ini, Ketua Umum Hanura tersebut mengumumkan perihal mundurnya HT. Alasannya karena posisi HT sebagai pengusaha harus bersikap netral. HT tidak bisa memilih antara Prabowo dan Jokowi. Benarkah begitu adanya? Coba kita runut peta politik Hanura beberapa hari ke belakang. Menurut saya tidak mungkin alasan sesederhana itu menjadi pertimbangan HT mundur dari partai yang telah dibesarkannya tersebut. Alasan yang disampaikan Wiranto tersebut tidak masuk akal. Dapat diterima jika alasan tersebut merupakan pemakzulan yang dilakukan Wiranto pada HT. Beberapa hari usai Pileg April lalu, gonjing - ganjing di tubuh Hanura mencuat. Dua orang ketua DPP Hanura, Fuad Bawazier dan Yuddy Chrisnandi meminta HT mundur dari Hanura. Alasannya karena HT dianggap gagal menjadikan Hanura sebagai partai pemenang Pemilu. Otomatis Hanura gagal mengusung Win - HT dalam Pilpres Juli mendatang. Kisruh ini terus berlanjut dan seolah dibiarkan oleh elit Hanura terutama Wiranto. Seperti yang diketahui, Fuad dan Yuddy merupakan orang terdekat Wiranto. Beberapa hari lalu, Hanura menyatakan diri bergabung dengan koalisi PDIP. Wiranto mendatangi kediaman Megawati tanpa didampingi HT. Jelas, hal ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan wartawan. Mengingat HT adalah tokoh penting di Hanura sehingga harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan. Namun rupanya Wiranto sudah menafikan keberadaan HT. "HT itu kan dewan pertimbangan bukan pengurus inti," kata Wiranto. Hari ini, Wiranto mengumumkan pengunduran diri HT dari Hanura. Katanya, HT tidak bisa mengikuti keputusan partai untuk mendukung Jokowi seorang. Sebagai pengusaha media, HT ingin mendukung Prabowo dan Jokowi. Keinginan HT untuk bersikap netral tidak bisa diterima Wiranto. Inilah alasannya mengapa Wiranto "mengeluarkan" HT dari Hanura. Sikap Wiranto tersebut menunjukkan pada kita bahwa dirinya tak lebih dari seorang "diktator". "Jika dirinya ingin mendukung keduanya, maka Hary Tanoe harus berdiri sebagai pribadi dan bukan kader Partai Hanura," Wiranto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H