Lihat ke Halaman Asli

Big Data untuk Commuter Line

Diperbarui: 21 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sudutpandangedward33.blogspot.co.id

Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah artikel bagus tentang Big Data di salah satu website. Di artikel tersebut membahas bagaimana Big Data sangat membantu banyak pihak (termasuk perusahaan) dalam membuat keputusan, prediksi, dan lainnya. Sebagai contoh, pebisnis retail online dapat mempelajari perilaku para pengunjungnya berdasarkan hasil web click tracking pengunjungnya. 

Dengan mengetahui perilaku konsumen maupun calon konsumennya, maka pebisnis dapat menerapkan strategi baru guna meningkatkan penjualan, mengatur harga dan stok barang secara efisien. Contoh lainnya, perusahaan minyak dapat menggunakan data output dari sensor-sensor peralatan pengeboran mereka untuk menemukan teknik pengeboran yang lebih aman dan efisien. 

Jadi, dengan menggunakan Big Data operasional suatu perusahaan dapat melakukan penghematan pengeluaran, meningkatkan keuntungan, dan mencapai sasaran bisnis lainnya. Big Data menjadi kesempatan yang bagus. Namun apakah hanya sekedar “sektor bisnis” yang bisa dikembangkan?

Saya pun membayangkan bagaimana Big Data ini dimanfaatkan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek dalam menentukan orang tersebut “boleh duduk apa harus berdiri?” Jika selama ini, pengguna Commuter Line menganggap dirinya “saya capek seharian kerja jadi saya berhak untuk duduk” akhirnya membiarkan orang-orang yang bekerja jauh lebih keras (daripada dia) pada hari itu berdiri sampai stasiun tujuannya.

Lalu apa saja yang menjadi penilaiannya?

  • Titik berangkat pengguna Commuter Line itu ke stasiun awal.
  • Seberapa jauh pengguna harus berjalan kaki untuk sampai di stasiun awal?
  • Berapa banyak stasiun yang dilewati dari stasiun awal sampai stasiun tujuan?
  • Seberapa sering pengguna duduk dalam periode satu jam sebelum sampai di stasiun awal?
  • Bagaimana suasana hati pengguna dalam periode satu jam sebelum sampai di stasiun awal?
  • Riwayat penyakit yang pernah diderita si pengguna.

Big Data bisa menjadi solusi (selain memang harus dibuat satu gerbong khusus untuk para manula, tidak sekedar dari segi gender saja). Maka tidak ada lagi penilaian seseorang boleh duduk hanya dari sekedar “ah kasian.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline