Di suatu ruang keluarga. Ada ayah, ibu, dan dua anaknya. Mereka semua telah dewasa, berusia 20 tahun ke atas. Mengharuskan kebutuhan akan teknologi tercanggih yaitu handphone.
Untuk komunikasi dengan teman, urusan pekerjaan, sampai untuk mencari penghasilan. Teknologi canggih yang berada di genggaman. Tersedia WiFi di rumah jadi tambah mengasyikkan. Aduhai. Nikmatnya. Apalagi kalau sambil rebahan.
Si ayah, ibu dan anak-anak itu asyik menatap layar handphone. Jarak berdekatan, tapi hati & pikiran entah kemana. Apakah ini physical distancing? Hem ...
Siang telah berganti malam. Saatnya istirahat untuk manusia berjiwa lelah. Seharian beraktivitas bekerja di kantoran. Hempas-hempaskan hand sanitizer, masker dan kerinduan.
Jangkrik malam bersenandung riang malam-malam. Merdu merayu insan ke pulau impian. Jika bintang diciptakan sebagai alat pelempar setan. Terang kerlap kerlipnya juga menghiasi langit dan bulan. Namun jika turun hujan, tak mengapa selagi masih ada harapan.
Seandainya aku bangun esok hari. Ku titipkan salam rindu untukmu kawan. Selimut lelap berdoa dalam kawasan. Wudhu jadi penghantar tidur ku. Tak kurang, tak lebih. Aku sangat berharap esok masih bisa bernafas lega tanpa beban. Menunggu Corona akan menghilang.
Dikutip dari surat An-naba ayat 8-11. Yang artinya, "Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan. Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan".
Selamat istirahat. ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H