Pendahuluan, Al-Quran Sebagai Mukjizat
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M, tepat pertama kali Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw melalui Malaikat Jibril. Sebagai kitab suci pedoman umat islam, kebenaran Al-Quran tidak akan pernah diragukan kebenarannya oleh umat islam. Selama kurang lebih 23 tahun, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah saw untuk menjadi pedoman umat islam, menjawab pertanyaan dan permasalahan umat islam, menguatkan keimanan umat islam dan melemahkan bantahan orang-orang kafir. Terkait dua tujuan terakhir Al-Quran yang saya sebutkan, kurang lebih mencakup peranan Al-Quran sebagai mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah swt kepada Rasulullah saw.
Al-Quran diturunkan kepada bangsa arab yang merupakan bangsa yang sangat mendalami ilmu sastra pada saat itu. Tidak diragukan lagi bahwa Al-Quran memiliki tata bahasa yang sangat indah melebihi gubahan syair orang arab manapun pada saat itu. Poin bahwa Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw yang buta huruf, menjadikan posisi Al-Quran sebagai mukjizat sangat relevan dengan kondisi bangsa arab saat itu. Allah swt menjamin bahwa Al-Quran bukan semata-mata perkataan Rasulullah saw dalam ayat berikut :
"Sesungguhnya al-Quran itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia. Dan al-Quran itu bukan perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia (Al-Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. " (QS. Al-Haaqqah: 40-46).
Sains Sebagai Bagian Mukjizat Al-Quran
Dengan tersebarnya islam kepada bangsa-bangsa ajam, kajian tentang kemukjizatan Al-Quran juga bertambah luas. Salah satunya adalah kajian kemukjizatan Al-Quran dari sisi sains. Terdapat dua hal yang menjadi dasar berpikir peranan sains sebagai bagian dari mukjizat Al-Quran yaitu :
- Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw yang ummi, tidak mengerti baca tulis. Jika Rasulullah saw saja tidak mengerti baca tulis, bagaimana mungkin Rasulullah saw mengarang kata-kata dalam Al-Quran yang saat ini terbukti sesuai dengan beberapa fenomena sains?
- Al-Quran diturunkan pada abad ke-7 masehi, yaitu pada saat ilmu pengetahuan dan sains belum berkembang seperti zaman modern sekarang. Jika Al-Quran merupakan buatan manusia, bagaimana caranya deskripsi berbagai fenomena sains dinarasikan secara detail di dalam Al-Quran?
Salah satu fenomena sains yang dijelaskan secara terperinci dalam Al-Quran adalah perkembangan penciptaan manusia di dalam rahim. Rincian perkembangan penciptaan manusia di dalam Al-Quran dinarasikan pada surat Al-Mu'minun sebagai berikut :
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (Al-Mukminun 12-14)
Perkembangan embrio dan janin manusia dalam kandungan baru diketahui secara rinci pada sekitar abad ke-19. Pengetahuan manusia tentang embriologi baru berkembang pesat pada abad tersebut seiring dengan berkembangnya sains evolusi dan genetika. Para pelopor embriologi seperti Von Baer, Pander, Darwin, Haeckel dan Needham baru meletakkan dasar-dasar embriologi pada tahun 1800-1950. Namun Al-Quran sudah menjelaskan proses perkembangan embrio dalam rahim secara runut sejak 620 M.
Contoh fenomena sains lain yang dijelaskan dalam Al-Quran
- Pergerakan matahari dan bulan : Yaasin, 38
- Penciptaan jagat raya : Al-Anbiya, 30
- Batas antara dua laut : Ar-Rahman, 19-20
Dari penjelasan Al-Quran tentang berbagai fenomena sains, yang pada saat itu belum diketahui oleh manusia, jelas menunjukkan bahwa Al-Quran adalah firman Allah swt. Selain itu, dengan adanya ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan fenomena sains, tuduhan yang menyebutkan bahwa Al-Quran adalah bikinan Rasulullah saw jelas terbantah. Bagaimana mungkin Rasulullah menjelaskan fenomena sains dalam Al-Quran, sedangkan Rasulullah sendiri adalah orang yang buta huruf? Maka jelaslah bahwa ayat-ayat yang menjelaskan fenomena sains adalah bagian dari peranan Al-Quran sebagai Mukjizat.
Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup, Bukan Buku Sains
Meskipun ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena sains memegang peranan penting dalam membuktikan kemukjizatan Al-Quran, perlu sekali diingat terutama oleh ilmuwan-ilmuwan muslim bahwa Al-Quran bukan merupakan buku sains. Hal ini sangat penting untuk diyakini oleh para ilmuwan dan akademisi muslim terutama dalam menjadikan Al-Quran sebagai filter sains. Jika merujuk pada metodologi sains, AL-Quran tidak dapat dijadikan sebagai salah satu parameter kebenaran sains. Terkait fungsi Al-Quran bagi seorang muslim, sudah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah :