Lihat ke Halaman Asli

Mirayanti

Mahasiswi

Akses Komunikasi Pendidikan Digital untuk Memajukan Pengetahuan

Diperbarui: 19 Desember 2023   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar webinar internasional yang terdiri dari tigaa ngkaian pada 31 Maret, 28 April dan 19 Mei 2021. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Akademi Ilmu PengetahuanI ndonesia (AIPI), Association of Academies and Societies of Sciences in Asia (AASSA) danI nter-Academy Partnership (IAP) mengadakan webinar internasional bagian dua. Kegiatan ini sebagai lanjutan dari Webinar Digital Scholarly Communication (DSC) bertajuk Access to DSC: Strategies, Applications and Impacts, Rabu, 28 April 2021. Webinar juga menghadirkan akademisi dan lembaga pendidikan, seperti Prof. Satryo SoemantriB rodjonegoro (President of AIPI), Prof. Yoo Hang Kim (President of AASSA), Dr. Hans Thulstrup (Directors of UNESCO Jakarta Office) dan akademisi perwakilan kampus Indonesia dan luar negeri. Kegiatan internasional ini terdiri dari tiga rangkaian kegiatan pada 31 Maret, 28A pril dan 19 Mei 2021. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan Digital Scholarly Communication harus menciptakan inisiatif kebijakan tentang keterbukaan sumber daya pendidikan dalam mengakses komunikasi pendidikan digital. Menurut dia, sangat penting menyoroti keterbukaan akses pendidikan, khususnya menciptakan penggunaan ruang yang aman mengakses situs pendidikan, seperti akses literatur ilmiah.

Dengan menciptakan akses tersebut, kata Nizam, akan mendorong sumber daya pendidikan terrhadap keterbukaan dan penguasaan teknologi dan informasi. “Dengan terciptanya sebuah ruang yang aman untuk mengakses situs pendidikan, itu akan mendorong sumber daya pendidikan terhadap keterbukaan dan penguasaan teknologi dan informasi. Dimana akan menumbuhkan akses literatur ilmiah sebagai wujud kekayaan sumber daya akademis," tuturnya. Saat ini, Indonesia memiliki dua situs untuk mengakses literatur ilmiah. Pertama, SINTA (science and technology index) yang memberikan akses ke kutipan jurnal keahlian nasional maupun internasional yang terindeks SCOPUS. Kedua, GARUDA (garda rujukan digital) sebagai situ untuk mempubikasikan jurnal universitas dan lembaga pendidikan di Indonesia. Adapun Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan program penciptaan platform ini dirancang untuk meningkatkan peran ilmuwan dalam memberikan pengetahuan, saran dan pertimbangan perihal penguasaan pengembangan dan penerapan teknologi dalam sumber daya akademis. Dengan keterbukaan dan penguasaan teknologi akan memungkinkan terciptanya akses keluasan literatur ilmiah. “Kami berharap komunikasi dan publikasi ilmiah di masa depan akan memaksimalkan aksesibilitas dan kegunaan,” kata Satryo. Sedangkan President of AASSA, Prof. Yoo Hang Kim menyampaikan apresiasi terhadap rangkaian program DSC. “Dan saya ingin berterima kasih kepada akademisi Indonesia yang menyelenggarakan seri webinar ini dengan sangat baik, meskipun mengalami kesulitan berat yang kami hadapi,” ujarnya.Yoo berharap webinar ini sebagai forum untuk bertukar ide dan juga pengalaman. “Baik pengalaman sukses bahkan pengalaman expert dalam dunia pendidikan,” kata dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline