Lihat ke Halaman Asli

Bukan Perawan Tua, Wanita Juga Manusia

Diperbarui: 8 Februari 2021   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi remaja wanita usia akan menjelma menjadi momok menakutkan ketika berkaitan dengan pernikahan. Label PERAWAN TUA dari masyarakat seakan membatasi pilihan dan kesiapan wanita dalam menentukan usia pernikahannya. Hal ini berbanding terbalik dengan laki laki yang mendapatkan kebebasanan lebih dalam menentukan usia menikah, sehingga tidak ada stigma yang membelenggu kesiapan bagi mereka.

Batas usia yang di berikan masyarakat bagi wanita, sekitar 25-30 tahun. Ada beberapa faktor yang mendasari timbulnya batasan ini, salah satunya adalah tingkat kesuburan . Wanita akan mengalami masa subur dalam rentang usia 20-35 tahun, sehingga muncul anggapan bahwa wanita harus segera menikah agar kemampuan reproduksinya tidak menurun.

Karena stigma ini berkembang di masyarakat, Banyak wanita merasa ketakutan bahkan tertekan, sehingga mereka mulai berloma mempercantik diri agar menarik perhatian dan segera mendapat pasangan. Mereka bersusah payah untuk mencapai batas yang diberikan masyarakat, sampai-sampai mengesampingkan kesiapan dalam membina rumahtangga. Sehingga tak heran , banyak sekali kasus perceraian terjadi lantaran kurang kesiapan menghadapi kehidupan pasca pernikahan.

Beruntunglah bagi para wanita yang berhasil mendapatkan pasangan pada usia usia wajar. Mereka tak perlu khawatir lagi tentang stigma masyarakat.

Lalu bagaimana dengan beberapa wanita yang tak seberuntung itu? mereka terpaksa diberi label oleh masyarakat sebagai perawan tua.

Lalu apakah masyarakat sudah cukup bijaksana ketika memberi label tersebut pada seseorang wanita? padahal mereka tak benar benar tau alasan kenapa tak kunjung menikah . Tidak segera menikah bukan berarti tidak ada laki laki yang mau menikahinya, tetapi menikah adalah hal serius yang harus dibarengi dengan kesiapan mental, fisik, maupun materi yang baik.

Mari kita menjadi manusia yang bisa menghargai pilihan hidup orang lain. Bahwasannya menikah bukanlah perlombaan, dimana siapa cepat dia akan menjadi pemenang. Melainkan pernikahan adalah ibadah terpanjang dari seorang manusia, yang harus di barengi dengan proses memilih agar tidak keliru dan akhirnya berujung pada kegagalan. Kita semua jangan sampai lupa, bahwasannya wanita jugalah manusia, mereka juga punya hak untuk menentukan kesiapan dan pilihan hidupnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline