Sebagaimana yang sudah ramai diperbincangkan oleh masyarakat seluruh dunia akhir-akhir ini yaitu, Israel yang melakukan penyerangan terhadap Palestina secara terus menerus sejak tanggal 07 Oktober 2023. Hal ini dianggap sebagai tindakan pembelaan diri dari pihak Israel karena kelompok Hamas dari pihak Palestina melakukan serangan ke Israel pada tanggal 07 Oktober. Karena itu, banyak masyarakat dunia yang menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina dengan menggunakan emoji semangka di sosial media yang mereka miliki. Di tulisan kali ini saya akan membahas dan mengulas lebih dalam mengenai mengapa masyarakat dunia menggunakan emoji semangka tersebut sebagai sebuah bentuk dukungan terhadap Palestina. Yang nantinya, akan saya kaitkan dengan beberapa teori yang ada di psikologi komunikasi.
Serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel dianggap sebagai tindakan tidak bermoral dan Hamas disebut-sebut sebagai "Teroris" karena melakukan hal tersebut. Padahal, Israel sudah sejak lama melakukan hal serupa bahkan jauh lebih buruk dan kejam terhadap Palestina.
Sebelum kita bahas mengenai simbol semangka yang marak digunakan oleh masyarakat akhir-akhir ini, mari kita bedah secara singkat awal mula konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Dahulu kala, ada tokoh dari Inggris bernama Arthur Balfour, seorang menteri luar negeri Inggris, yang pada tanggal 2 November 1917 menulis surat yang intinya berisi bahwa Inggris menjanjikan akan mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina. Hal tersebut tentunya menimbulkan kontra di pihak warga Palestina. Pada tahun 1936, warga Palestina akhirnya melakukan aksi perlawanan dengan cara mogok membayar pajak dan memboikot produk-produk Yahudi. Aksi tersebut langsung ditindas habis oleh Inggris, dengan melakukan penangkapan massal serta menghancurkan rumah-rumah warga Palestina. Puluhan tahun berlalu, populasi Yahudi di Palestina makin membengkak dan mendominasi dan terus berusaha merebut tanah Palestina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Salah satu contohnya yaitu fenomena Nakba yang terjadi pada tahun 1948. Pada tahun itu Israel membantai kurang lebih 15.000 warga Palestina, karena itulah sekitar 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan tanahnya sendiri demi menyelamatkan nyawa diri mereka sendiri serta keluarga tercinta. Dan kekejaman yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina berlanjut hingga hari ini.
Menurut kami, yang lebih pantas disebut dengan tindakan pembelaan diri adalah tindakan yang dilakukan oleh Hamas pada tanggal 07 Oktober 2023. Karena akhirnya, Palestina dapat menunjukan amarah mereka setelah berpuluh-puluh tahun ditindas dan dibunuh oleh Israel. Tetapi, dengan kejadian tersebut Israel memainkan propaganda-propaganda licik agar banyak yang berpihak dengan mereka. Propaganda licik yang mereka lakukan pun turut didukung oleh beberapa negara serta media-media berat, contohnya seperti salah satu reporter media CNN yang berpura-pura melakukan tiarap di jalanan seakan-akan Hamas sedang melakukan serangan udara di area tersebut. Banyak juga tokoh-tokoh serta perusahaan-perusahaan besar yang menyuarakan dukungan terhadap Israel. Salah satunya yaitu perusahaan Meta. Perusahaan yang mencetus media sosial Instagram.
Dengan itu, banyak sekali masyarakat dunia yang terdapat akun instagramnya hilang atau banned dari Instagram hanya karena menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Hal inilah salah satu penyebab awal maraknya masyarakat dunia pro Palestina menggunakan emoji semangka sebagai pengganti dari bendera Palestina. Penggunaan emoji semangka sebagai bentuk solidaritas atau simbol pro terhadap palestina sebagai bentuk respons kreatif dari pengguna Instagram untuk tetap menyuarakan dukungan tanpa melanggar aturan yang dapat mengakibatkan pemblokiran akun. Ini mencerminkan dinamika kompleks antara kebebasan berbicara, hak berekspresi, dan aturan-aturan yang diberlakukan oleh platform.
Penting juga untuk diingat bahwa bentuk kampanye seperti ini dapat menciptakan kesadaran luas, tetapi juga dapat menghadapi respons dan penilaian yang beragam. media sosial memberikan wadah bagi orang-orang untuk menyampaikan pandangan mereka.
Selain Instagram, media sosial tiktok pun ramai dibanjiri pendukung palestina dengan banyak yang menggunakan filter games semangka. Penggunaan filter games semangka di tiktok menjadi cara yang tidak biasa dan menyenangkan bagi individu untuk menunjukkan Solidaritas mereka terhadap palestina. Filter semangka ini mungkin menjadi simbol yang dapat diakses dan dipahami oleh banyak orang, sementara pada saat yang sama, melibatkan komunitas dalam dialog mengenai isu yang kompleks.
Pembuat filter ini mengumpulkan donasi melalui akun-akun yang menggunakan filter tersebut. Kegiatan pengumpulan donasi melalui akun-akun yang menggunakan filter pro-Palestina di media sosial, seperti tiktok ini mencerminkan upaya untuk mengalokasikan dukungan lebih lanjut melalui aksi nyata. Penggunaan platform-media sosial sebagai sarana untuk mengumpulkan dana telah menjadi cara yang populer untuk menggalang dukungan untuk berbagai tujuan, termasuk isu-isu sosial dan kemanusiaan.
Penggunaan emoji serta filter semangka sebagai simbol perlawanan dan perjuangan ini ternyata merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal. Hal ini merujuk pada pengertian komunikasi non verbal yang berarti proses penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata. Menariknya adalah tidak semua dukungan yang diberikan dunia terhadap palestina berbentuk verbal seperti melalui kata-kata, melainkan banyak juga secara non verbal seperti penggunaan emoji serta filter semangka ini.
Secara teoritis, penggunaan emoji dan filter semangka dapat dikaitkan dengan teori non verbal yakni teori semiotika dan ekspresi emosi. Teori semiotika Peirce, yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce sendiri pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna dari tanda, dengan menyertakan adanya mitos dan metafora yang bersangkutan dengan tanda. Lebih jelasnya, semiotika mempelajari cara untuk memberikan makna pada suatu tanda kemudian mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut.
Teori lain yang juga dapat dikaitkan dengan penggunaan emoji semangka ini adalah teori ekspresi emosi. Teori ekspresi emosi sebenarnya lebih mengacu pada bagaimana ekspresi wajah berkesinambungan dengan emosi, seperti yang dikatakan Gunarsa (dalam Safaria & Saputra, 2009) ia berpendapat bahwa ekspresi emosi ialah suatu bentuk komunikasi melalui perubahan raut wajah dan gesture yang menyertai emosi, sebagai luapan dari emosi, mengungkapkan, menyampaikan perasaan kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain. Lebih lanjut, menurut Planalp (dalam Safaria & Saputra, 2009) ekspresi emosi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengkomunikasikan status perasaannya yang berorientasi pada tujuan tertentu.