Lihat ke Halaman Asli

“Menceburkan” Diri Dalam Wirausaha

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

“Mencebur” merupakan suatu aktifitas menjatuhkan (membuang) sesuatu ke dalam air, adapun menceburkan diri tentunya tak jauh pengertiannya dari definisi tersebut.

Lalu apa yang ingin saya bagi tentang “cebur-mencebur” ini? Banyak dari kita mungkin memiliki keinginan yang menggebu sekali untuk melakukan satu aktifitas wirausaha. Beberapa mungkin sudah lebih maju dengan melakukan sedikit riset dan analisis kecil-kecilan, tapi cukupkah itu? Tentu tidak! Ibarat orang yang ingin belajar berenang, akankah anda dapat mahir berenang jika hanya berdiri di tepian memperhatikan kolam dan menerka-nerka kedalaman air yang akan diselami, How come?! Mencebur saja tidak. Begitupun wirausaha, akankah kita tahu sejauh mana kegiatan usaha itu dapat memberikan keuntungan jika mencoba melangkah pun tidak? Takut rugi? Bukan alasan! Karena anda tidak akan dapat memahami nikmatnya berusaha tanpa jatuh bangun di dalamnya!

Memang tidak mudah membulatkan niat dan mewujudkannya dalam langkah, seringkali pikiran dan pertimbangan yang “terlalu” panjang menjadikan usaha layu sebelum berkembang atau lebih tepatnya bangkrut sebelum berjalan. Mungkin anda berpikir bagaimana bisa usaha bangkrut sebelum dijalankan? Tentu bisa! Semua pikiran dan pertimbangan yang terlalu panjang itu pada akhirnya menyampaikan kita pada suatu kesimpulan bahwa usaha yang kita rencanakan akan membuahkan kerugian. Betul kan? Saya yakin betul! karena sayapun pernah mengalami hal yang sama.

Mari kita pelajari ilustrasi berikut:

Pak Bagus mencoba menjalankan usaha budidaya lele. Menurut informasi yang dia dapatkan, usaha budidaya lele sangat menguntungkan dengan sistem pemasaran yang tidak begitu rumit. Setelah tiga bulan berjalan, ternyata semua tak seperti yang dibayangkan. Perkembangan lele tidak berjalan mulus, hampir 70% lele yang mati. Belum lagi operasional yang membengkak karena biaya pakan yang tinggi. Dari seluruh modal yang dikeluarkan, Pak Bagus masih belum dapat menghasilkan keuntungan bahkan dapat dikatakan mengalami kerugian.

Tapi benarkah apa yang dialami Pak Bagus di atas adalah sebuah kerugian? Tentu saja tidak! Banyak pelajaran yang dapat diambil oleh Pak Bagus. Setelah budidaya lele yang kurang baik itu mungkin akan terpikirkan bagaimana pengkondisian media lele agar lebih support? Bagaimana sistem pengaturan pemberian pakan agar lebih efektif dan efisien? Atau mungkin apa alternatif pakan yang dapat diberikan? Lalu, masihkah itu dikatakan sebuah kerugian? Jika boleh saya komentari, Pak Bagus sesungguhnya bukan mengalami kerugian dari modalnya yang tidak kembali, tapi sedang melakukan investasi pembelajaran bagi dirinya sendiri untuk melanjutkan kegiatan usaha yang lebih baik.

Dari ilustrasi di atas kita dapat mempelajari bahwa terkadang dalam berwirausaha kita akan menghadapi hal-hal yang kita pikir di luar batas kemampuan kita. Rumit, sulit, tidak mengerti, bahkan terkadang sampai putus asa itu adalah hal yang lumrah, namun menyerah begitu sajakah? Tentu saja tidak! Dibutuhkan mental pemberani dan pantang menyerah untuk menghadapi semua tantangan dalam berwirausaha. Dan kita harus yakin bahwa kita adalah pemenang. Lalu, apa yang harus dilakukan kemudian? Jangan terlalu lama berdiri di tepian kolam! Mencebur saja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline