Ranupani - Setiap tahun suku tengger dengan penuh khidmat melaksanakan kegiatan Nyadran yang menjadi tradisi khas mereka. Kegiatan ini berlangsung di Desa Ranupani Kecamatan Senduro - Lumajang Jawa Timur yang menjadi acara yang sangat meriah dalam kalender budaya mereka.
Masyarakat Suku tengger percaya bahwa kegiatan Nyadran ini wujud penghormatan kepada leluhur mereka serta ungkapan rasa syukur atas kehidupan yang diberikan Allah SWT.
Pada hari Raya Karo suasana desa Ranupani menjadi hidup dengan bermacam-macam rangkaian acara dan juga pernak-pernik sosial yang khas. Setiap tahunnya, MI Ranupani menjadi pelopor kegiatan bakti sosial berupa bagi-bagi gratis 250 Gelas Cappucino Cincau untuk masyarakat suku tengger dalam puncak hari raya karo ini.
Masyarakat dari berbagai usia berkumpul untuk memanjatkan doa di dekat makam leluhur dan mendapatkan berkat dari para romo dukun adat. Musik, tarian jaran kencak, dan pesta rakyat melengkapi perayaan tersebut, menciptakan suasana kegembiraan dan persatuan yang kuat diantara warga suku tengger.
Puncak acara hari raya karo suku tengger ini menjadi momen istimewa dimana nilai-nilai budaya dan spiritualitas terjalin erat. Seiring langkah bersama menuju makam-makam leluhur masyarakat suku tengger mempersembahkan tamping dan boreh.
Nyadran juga menjadi kesempatan untuk membentuk identitas dalam kehidupan masyarakat suku tengger. Dengan semaraknya acara ini, suku tengger tidak hanya memelihara warisan tradisi tetapi juga membangun ikatan batin yang kuat diantara generasi muda dan tua, menjaga keutuhan nilai-nilai yang diteruskan dari masa ke masa.
Pernak pernik sosial yang mencolok adalah keragaman motif batik yang dijumpai pada pakaian masyarakat suku tengger dalam acara nyadran mereka. Setiap motif batik memiliki cerita dan makna tersendiri, mencerminkan warisan budaya dan pandangan hidup suku tengger.
Motif-motif yang rumit dan penuh simbolisme seperti gunung, matahari, atau tanaman, dihasilkan melalui tehnik pewarnaan dan penghiasan secara tradisional. karya-karya batik ini menjadi visual yang kuat tentang kebanggaan masyarakat suku tengger terhadap identitas budaya mereka. Kaweng yang mereka kenakan tidak hanya menghiasi pakaian, tetapi juga menjadi medium untuk mengenang sejarah dan menjalin solidaritas diantara masyarakat.