Hari Raya Karo adalah hari raya yang wajib dilaksanakan bagi suku tengger. Dalam rangkaian kegiatan hari raya karo selalu ada tradisi sadranan sebagai puncak rangkaian kegiatan.
Filosofi dan Tujuan Hari Raya Karo semakin menambah perekat kerukunan antar umat beragama yang ada di Masyarakat Suku Tengger.
Keterlibatan masyarakat dalam rangkaian hari raya karo sangatlah aktif dan guyub rukun. Sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing, masyarakat suku tengger di ranupani bergotong-royong menanggung seluruh biaya kegiatan ini.
Pelibatan-aktif itu meliputi perencanaan, pelaksanaan, bahkan hingga keterbukaan penggunaan dana iuran itu pun diumumkan kepada masyarakat yang berkumpul didepan gerbang makam sesaat sebelum melakukan sadranan.
Pada sisi masyarakat, upaya pelibatan-aktif itu tergolong mudah dilakukan, mengingat masyarakat suku tengger memiliki "simpul komando sosial" tidak hanya kepala desa tetapi ditambah juga dengan romo dukun adat setempat.
Sehingga dalam kegiatan masyarakat memiliki pendampingan kolaboratif yang membuat irama jalannya kegiatan semakin baik dan berpijak pada identitas suku tengger yang sesuai dengan adat istiadat leluhur mereka.
Tradisi sadranan yang dilakukan di tahun ini memiliki suasana berbeda karena adanya masa pandemi yang belum usai. Kegiatan Pendakian Gunung Semeru masih ditutup total, sehingga para wisatawan dan pendaki gunung semeru yang biasanya datang ke desa ranupani kini tidak tampak seramai biasanya.
Tradisi Sadranan merupakan simbol adanya hubungan manusia dengan leluhurnya, hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan Allah SWT.