Masyarakat Suku Tengger sendiri sarat akan berbagai tradisi yang dimiliki. Tradisi tersebut tentunya memiliki gambaran filosofi tersendiri. Keeksitensian dari tradisi tersebut diyakini serta dilakukan secara turun temurun hingga masa kini. Salah satu diantaranya ialah Tradisi Grebeg Tirto Aji. Tradisi ini dilakukan masyarakat Tengger sebagai proses pengambilan air suci. Pengambilan air suci ini dilakukan di sebuah tempat yakni di Sendang Widodaren Wendit Kabupaten Malang. Konon Sendang Widodaren ini merupakan sebuah tempat Raden Wijaya berkasih dengan para bidadarinya. Maka dari itu hingga saat ini keberadaan Sendang Widodaren ini dianggap serta diyakini suci oleh masyarakat Tengger.
Grebeg Tirto Aji sendiri merupakan sebuah bagian dari rangkaian Yadnya Kasada yakni sebuah persembahan sesaji yang bertujuan untuk memperoleh keberkahan, keselamatan serta kesejahteraan untuk para leluhur. Tradisi ini dilakukan setiap tahunnya serta dibuat berdasarkan penanggalan Hindu Tengger tepatnya pada hari 14 bulan Kasada. Pengambilan air suci ini dimulai dengan rangkaian prosesi pengarakan tumpeng yang dimulai dari pintu masuk Sendang Widodaren. Lalu dilanjutkan pula persembahan tarian tujuh bidadari serta pembacaan doa untuk keselamatan masyarakat Tengger sendiri.
Setelah itu disambung dengan rangkaian simbolis yaitu kepala desa masyarakat Tengger yang berasal dari wilayah Kabupaten Lumajang, Pasuruan, Probolinggo serta Malang yang bertugas untuk mengambil air tersebut yang kemudian akan diberikan kepada tetua adat. Lalu tumpeng yang telah diarak akan dibagikan pada masyarakat untuk memperoleh berkatnya. Berbicara mengenai air suci yang telah diambil pada pelaksanaan grebeg ini diyakini dapat menyuburkan lahan pertanian serta sebagai simbol rasa syukur pada Sang kuasa. Pada tradisi ini juga diperoleh makna bahwasanya air memiliki gambaran yang sangatlah penting untuk menunjang kehidupan manusia. Hal ini dapat dimumpuni oleh kita sebagai manusia untuk sepatutnya menambah kesyukuran terhadap apa yang kita miliki sekarang. Oleh sebab itu dapat kita gambarkan bahwa tradisi ini masih terjaga eksistensinya dengan keelokan budaya dan makna didalamnya. Maka kita sebagai generasi masa kini patut untuk berpatisipasi dalam pelestarian tradisi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H