entunya di antara kita sering mendengar istilah Beauty is Pain, Cantik itu Sakit, atau Cantik itu Luka. Dalam dunia kecantikan artinya kalau mau glowing atau mau jadi cantik, harus mau sakit. Ya agak mirip lah dengan cerita di novel Eka Kurniawan, bahwa cantik itu meluka, pengorbanan dan kesakitan, dan bahkan membawa tragedi, walau dalam novel Eka, Cantik disana adalah nama tokohnya.
Cantik walau kata orang adalah hal yang relatif, karena standar kecantikan bagi tiap bangsa, daerah dan individu juga berbeda, namun jelek itu mutlak, hehehe maaf becanda. Bukan begitu maksudnya.
Kecantikan adalah hal yang relatif. Contohnya, pasangan saya selalu bilang saya cantik, apalagi kalau lagi ada maunya. Padahal saya yakin seyakin-yakinnya, haqqul yaqin, bahwa di saat dia bilang saya cantik saya dalam kondisi amburadul.
Bangun tidur, rambut berantakan, mata bengkak, kadang tersisa kotoran di sudut mata. Namun dia bilang saya cantik, pastinya karena ingin saya masak yang enak buat dia pagi itu.
Namun lepas dari hal relatif tadi, adalah keinginan dan harapan banyak wanita untuk memiliki kecantikan yang masuk di standar umum. Nah disinilah ada hal-hal yang dijadikan standar padahal itu adalah hal yang relatif. Contoh perempuan di Indonesia, cenderung menganggap kulit terang atau putih itu cantik.
Berapa banyak produk whitening berupa krim, atau suntik atau infus atau sabun atau apapun yang dipasarkan untuk memenuhi ambisi perempuan menjadi putih. Padahal kata siapa putih itu cantik, yang berkulit gelap dan sangat menarik juga banyak. Yang penting kan kulit sehat, tidak burik, apalagi buduk. Bukan warna kulitnya.
Begitupun dengan anggota tubuh lainnya, standar kecantikan umum, anehnya menurut saya, adalah yang memiliki bulu mata tebal, alis melengkung bak busur Cupid, hidung mancung mencuat, dan bibir penuh mengembang seperti tersengat lebah. Ya memang sih, model kelas dunia misalnya Gigi Hadid atau Kendal Jennner masuk kriteria ini, dan memang terlihat cantik menarik, ya tapi seharusnya tidak juga dijadikan standar.
Standar kecantikan yang bias ini tentunya bermanfaat bagi siapa? bagi industri kecantikan tentunya. Saya juga punya salon kecantikan dan saya senang banyak pelanggan yang ingin memasang bulu mata, menghilangkan kerutan, tattoo alis dan sebagainya. Kenapa? tentu saja karena profit. Saya tidak menyalahkan orang ingin cantik dengan standarnya masing-masing. Sama sekali tidak. Saya mendukung malah. Karena penting bagi orang baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kepercayaan diri.
Kepercayaan diri dapat timbul dengan memiliki penampilan yang menarik dan memenuhi standar umum. Kalau pendapat saya pribadi, sebetulnya lebih baik cantik itu karena perilaku dan gaya hidup yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi pribadi, kulit yang sehat, pola hidup yang sehat, bekerja beristirahat cukup, gaya hidup yang baik, berkata dan berbuat baik, sehingga selain penampilan menarik, juga akan memancar keindahan dari dalam.
Ok itu basic fundamental untuk kecantikan secara fisik dan kepribadian, Pembahasan saya berikutnya adalah bagaimana menjadi cantik dengan perawatan di klinik-klinik kecantikan dan salon. Apakah memang perlu? Menurut saya perlu, sejauh tujuannya apa. Menjadi cantik dan menarik adalah terkait dengan kepercayaan diri.
Apabila memang diperlukan untuk melakukan perawatan di klinik atau salon, ada hal-hal yang memang perlu dipikirkan terlebih dahulu. Kenapa? Kadang-kadang tujuan untuk menjadi cantik menarik tadi berujung menjadi addicted. Ga habis-habis rasanya ingin memperbaiki ini itu pada diri dan wajah.