Lihat ke Halaman Asli

Mira Marsellia

penulis kala senggang dan waktu sedang luang

Berburu Barang Diskon yang Jangan Ditiru

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih lugu dalam hal berbelanja dan terkadang menjadi seorang impulsive buyer yang bila diukur kadarnya bisa-bisa sudah mendekati seorang shopaholic, saya pernah berbelanja tanpa pertimbangan dan nalar. Dalam hal ini berburu barang diskon. Untuk itu saya ingin berbagi cerita mengenai nafsu saya yang berburu barang diskon tersebut yang tidak berujung untung malahan buntung. Sekedar berbagi pengalaman dengan pesan sponsor: jangan ditiru.

Suatu hari perusahaan saya mengadakan meeting di Batam. Yang mana kata orang bila pergi ke Batam tidak menyeberang ke Singapore, ibaratnya main ke pantai tapi tidak main pasir dan berenang di laut. Meeting tersebut rupanya penuh konspirasi antara penyelenggara dengan peserta sehingga di hari Jum’at sebelum waktu shalat Jum’at meeting sudah berakhir, sehingga semua orang yang ingin pergi ke Singapore bisa segera menyeberang dan menikmati week end disana.

Ke Singapore akhir minggu kalau tidak belanja atau hang out, entahlah ngapain lagi. Masa cuma bengong di Orchard Road dan makan bakar ikan pari? Saya sendiri tidak punya niatan untuk pergi ke Singapore tadinya, tapi atas dorongan dan desakan kawan di Bandung yang menitip beli parfum dan barang diskonan lainnya di Singapore, saya tergoda juga. Memang Singapore negara kecil mungil yang mallnya banyak sekali sampai rasanya satu pulau isinya mall ini kadang memang bila sedang Mega Sale godaannya sangat mengerikan bagi perempuan penggila fesyen.

Rombongan pria sekantor saya sih sudah pergi duluan menyeberang. Kantor kami di Batam memang dekat sekali dengan Batam Center. Sepelemparan batu juga sampai. Tapi yang lemparnya Hercules ya.  Para pria ini nafsu bener pergi ke Singapore ya. Tahu-tahu saya sudah ditinggal.  Entahlah, mungkin mereka mencari barang elektronik disana atau apalah. Kebetulan yang berjenis perempuan peserta meeting ini cuma saya sendiri. Tapi yang jelas saya tidak pusing pergi sendiri ke Singapore karena memang sudah biasa keluyuran sendiri. Akhir kata saya menyeberang sendiri dari Batam Center dan sampai di Harbour Front Singapore dan aman tenang nyaman dan tanpa nyasar.

Menjelang sore saya mencari hotel sekitaran Orchard saja, karena kalau daerah lain saya juga tidak terlalu hapal. Malam-malam mencari makan sendiri di pedagang kaki lima, dekat-dekat hotel saja, tadinya mau makan sendiri dengan modal pede dan cuek tapi tak urung ngibrit juga dengan membungkus makanan ke hotel, karena banyak pria-pria bule asyik menikmati malam dengan minum bir disana. Saya jadi merasa aneh sendiri bila makan sendiri di depan mereka.

Esoknya saya berbelanja parfum titipan teman, karena memang murah dibanding di Indonesia tak urung banyak juga yang saya beli. Ransel saya sampai terasa berat. Menurut info yang saya dapat, pusat belanja untuk furniture dan aksesoris dan dekorasi rumah kenamaan berasal dari Swedia  yang ada di Singapore ini sedang diskon gede-gedean. Wah langsung ngiler seember saya mendengarnya. Apalagi produk keluaran dari produsen tersebut adalah favorit saya.  Langsung saya pergi kesana dengan bis. Karena di Singapore ini semua serba teratur dan perhentian serta kedatangan bis juga jelas, saya yang culun dan kerap nyasar di kota Bandung pun tidak kesulitan sama sekali pergi ke jalan Alexandra tempat dimana bangunan biru dan kuning mencolok ini berada.

Diskon dan diskon dimana-mana di toko tersebut membuat saya kalap dan gelap mata. Ini lucu, itu keren, dan itu unik. Sepertinya tak lelah saya berkeliling-keliling mengisi troli belanjaan saya dengan berbagai asesoris dan dekorasi rumah ini. Bahkan saya membeli beberapa bedcover dan bedsheet, juga lampu meja dan dengan beberapa pak bohlam lampunya  sekalian, saya membeli satu set pisau juga talenannya. Sepertinya kalau bisa bahkan saya membeli sofa dan kitchen set sekalian. Cuma ongkos kirimnya mahal juga *garuk-garuk tembok*.

Akhirnya setelah saya selesai membayar, saya baru kebingungan. Eh ini bawanya gimana ya? Di tempat ini tidak disediakan kantong plastik. Kalau mau dus dan itu juga harus ngepak sendiri. Lalu gimana caranya saya bawa berdus-dus barang ke pelabuhan?. Setelah menitipkan barang di counter saya balik lagi ke dalam toko mencari apapun yang kira-kira bisa mengangkut barang belanjaan saya yang berjibun ini. Walau bingung saya berusaha tenang. Akhirnya saya mendapatkan kantong besar dari plastik yang sebetulnya adalah tempat makanan anjing, demikian tertulis disitu. Eh tempat makanan anjing kok gede banget ya? ini sih kambing juga masuk. Karena ukurannya segede bullsack. Itu tuh tas besar untuk ekspedisi pecinta alam.

Singkat cerita saya rapi-rapikan itu belanjaan saya kedalam kantong plastik tersebut. Saya keheranan sendiri dengan apa yang saya beli, dari gorden kamar mandi, sampai pengosrek WC, peralatan dapur sampai dengan selimut, bisa-bisanya saya beli. Untung saya gak beli karpet sekalian. Setelah selesai packing, Masya Allah beratnya minta ampun. Saya pingin nangis sendiri. Setelah memanggil taksi menuju pelabuhan, saya dengan susah payah menaikkan barang belanjaan saya tersebut ke bagasi, jangan lupa ransel saya yang berisi parfum juga nyaris bikin punggung saya patah.

Supir taksi yang rupanya bersimpati pada saya bertanya apakah tidak berat nanti katanya saya membawa-bawa tas segede itu naik ke ferry? Saya menggeleng dengan gagah, dan menunjukkan otot lengan saya yang lembek. Entahlah dia terimpresi dengan pertunjukkan otot lengan saya, yang jelas mungkin pikirnya, susah susah juga elu sendiri yang merasakan.

Dan benar saja di pelabuhan sungguh saya menderita membawa tas sebesar itu berikut ransel berat mencakung pundak ini. Keringat panas sampai dingin bercucuran, belum lagi sibuk dengan tiket, paspor dan sebagainya pada saat pemeriksaan. Karena tidak kuat lagi menjinjing tas raksasa tersebut, saya menggusurnya dengan pasrah menaiki kapal. Orang-orang yang melihat tidak saya pedulikan, yang penting gimana deh caranya ini tas bisa naik ke kapal. Jarak dari gedung pelabuhan menuju kapal pun bukan main jauhnya bila dengan bawaan banyak begini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline