Lihat ke Halaman Asli

Mira Marsellia

penulis kala senggang dan waktu sedang luang

Seberapa Tachiyomi-kah Anda?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351430663966865430

[caption id="attachment_213547" align="aligncenter" width="524" caption="sebagian komik koleksi. Dok pribadi"][/caption] Apa itu Tachiyomi? Sekilas terdengar seperti Takoyaki, nama makanan Jepang berupa bola-bola dengan topping beraneka sesuai pilihan selera. Ada kepiting, gurita, atau keju. dengan saus mayo dan taburan serutan ikan -kezuribushi.  Namun Tachiyomi bukan nama makanan. Tachiyomi adalah istilah untuk membaca sambil berdiri di toko buku. Baik itu buku, komik, atau majalah. Membeli atau tidaknya buku yang sudah dibaca adalah seberapa tebal muka pembaca dan seberapa tipis kantongnya. Bila muka tebal dengan kantong tipis ala mahasiswa, seperti saya dulu, maka keluar dari toko buku saya tidak membeli buku barang selembar pun. Tapi puas membaca gratis banyak komik dan majalah. Tachiyomi adalah istilah di Jepang untuk para pembaca yang hobi membaca langsung dari rak toko buku ini sambil berdiri. Toko buku di Jepang konon sengaja memberikan beberapa komik atau majalah yang dibuka segel atau plastiknya sebagai teaser dan agar dapat dibaca pengunjung sambil berdiri, sengaja diletakkan di dekat jendela luar sehingga toko buku tampak ramai dan mengundang pengunjung lainnya.  Istilah ini mungkin tak akan muncul apabila animo membaca di Jepang tidak sedemikian besarnya. Bagaimana dengan di Indonesia? Saya sendiri mengalami asyiknya membaca sambil berdiri ini sewaktu komik Jepang mulai marak di toko buku di Indonesia. Komik Jepang atau manga yang dulu seingat saya yang pernah saya baca sambil berdiri di toko buku adalah serial komik cantik, atau dikenal dengan istilah Shoujo. Komik yang diterbitkan oleh PT Elexmedia Komputindo ini saking menariknya membuat judulnya saya ingat sampai sekarang, contohnya komik Candy Candy, Pop Corn, Mari Chan, Miss Modern dan Topeng Kaca. Maraknya komik Jepang ini di tahun 1990-an disusul dengan komik berbasis kungfu misalnya karya Tony Wong. Komik jenis ini, berasal dari Cina, Hongkong atau Taiwan. Dikenal dengan nama Manhua, gambarnya sangat apik dan seru, detail dan berwarna. Membuat banyak penggemar komik terkesima dengan gambarnya, juga jalan ceritanya. Tapak Sakti, Oriental Heroes, Tiger Wong, Pedang Maha Dewa, adalah contoh judul Manhua ini. Munculnya komik jenis ini dengan waktu penerbitan yang periodik membuat banyak orang kecanduan dan makin banyak ber-tachiyomi. Kalau baca sambil berdiri terus tidak beli sama sekali dilakukan sendiri saja sih, mungkin malu juga ya. Tapi saya ingat, banyak sekali orang di sekitar saya yang bertachiyomi juga. Walau dulu saya rada malu juga baca komik Tiger Wong diantara banyak orang yang kebanyakan pria. Namun karena seru sekali, saya seringkali tenggelam berjam-jam membaca sampai lupa sekitar. Leher sampai sakit dan pegal. Saking sukanya komik, hobi ini mengalahkan sakitnya leher dan betis yang kaku karena membaca sambil berdiri. Bila ada uang saku berlebih, tentu lebih nyaman untuk meminjam buku dari rental buku atau taman bacaan yang banyak sekali dulu tersebar di kota Bandung di tahun-tahun itu. Namun bila uang saku tipis tentu saja akan kembali bertachiyomi saja di toko buku demi mengikuti jalan cerita sebuah komik yang berjalan. Sebetulnya kenangan asyiknya dan serunya membaca komik ini tidaklah hilang walau sudah bertahun-tahun berlalu. Saat ini karena penerbit telah menerbitkan ulang beberapa komik yang dulu pernah terbit di tahun 1990-an itu, banyak yang saya beli sebagai kenangan saat-saat bertachiyomi dulu. Seperti misalnya serial Topeng Kaca, sayapun membelinya sekaligus dari nomor 1 sampai 24 (nomor selanjutnya belum keluar). Komik itu tidak sekedar akan saya baca ulang, tapi saya jadikan benda koleksi. Selain komik Jepang yang saya suka, juga Tintin karya Herge merupakan komik yang sangat saya suka. Saya juga sekarang membelinya lengkap sebagai koleksi. Demikian juga komik superhero keluaran Marvel. Selain komik luar, komik karya komikus Nusantara pun sangat saya suka. Siapa ya tidak baca komik Mahabharata karya RA Kosasih? Saya pribadi sangat menyukai komik karya RA Kosasih tersebut karena alurnya mengikuti cerita asli Mahabharata sebagaimana penuturan Begawan Vyasa.  Beberapa waktu lalu disebuah kafe di Jakarta saya melihat satu set komik RA Kosasih ini dijual dalam box set yang ekslusif, harganya cukup mahal sekitar Rp 750.000,- , saya ingin sekali membeli tapi saat itu saya sedang tidak menganggarkan pengeluaran untuk membeli komik. Semoga saya masih bisa membelinya di toko buku di kota saya.  Buat saya komik karya RA Kosasih ini juga adalah collectible item yang sangat layak dimiliki pecinta komik. Banyak komik-komik karya komikus Indonesia yang saya baca sewaktu saya kecil, contohnya kisah Si Buta dai Gua Hantu dan Pantai Kusta. Namun sayang sekali, sulit sekali saat ini mencari komik karya asli anak bangsa. Padahal menurut saya tak kalah seru. Belum lagi memiliki ciri khas penokohan dan alam Indonesia dalam gambar-gambarnya. Saya pernah kenal seorang pembuat komik petualangan pendekar berbasis sejarah Indonesia. Gambar-gambar dalam panel dengan tinta hitam itu menurut saya sangat indah dan apik. Beliau bercerita, untuk satu serial sampai tamat, yang berarti banyak sekali gambar, hanya dihargai Rp 500.000,- oleh penerbit. Suatu kerja keras siang malam yang menurut saya sangat minim penghargaan secara finansial. Sayang sekali. Komik bagi saya tidak hanya sekedar hiburan, tapi juga pendidikan. Banyak serial tokoh dunia, sejarah bangsa-bangsa, atau cerita tentang alam semesta maupun teori lubang hitam Stephen Hawking yang dituturkan melalui komik -menjadikannya mudah dicerna dan dibaca karena dituturkan melalui gambar yang menarik diselingi humor. Apakah komik hanya merupakan bacaan untuk anak? Tentu tidak, komik mengenal berbagai genre, dan berbagai pangsa pasar yang berbeda. Orangtua yang seyogyanya bisa berperan aktif dalam memilah dan membedakan bacaan yang bagus untuk anaknya, dan mana yang belum pantas. Nah kembali pada kebiasaan tachiyomi, bagaimana dengan Anda? Senangkah Anda pada komik sampai rela berdiri berjam-jam sambil membaca seperti saya? Untuk tachiyomi ini semoga toko buku tidak pelit dalam memberikan kesempatan bagi banyak orang bertachiyomi. Saat memiliki dana berlebih, komik yang dicinta pasti suatu saat akan dibeli juga kok!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline