Lihat ke Halaman Asli

Mira Marsellia

penulis kala senggang dan waktu sedang luang

Pasca Lebaran, Berkumpulnya Makanan dari Segala Penjuru Nusantara

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13462088432097308072

 

[caption id="attachment_202777" align="aligncenter" width="440" caption="dok pribadi"][/caption] Sehabis Lebaran, teman-teman saya satu kantor -termasuk saya juga, pasti membawa oleh-oleh dari hasil mudik, ataupun mudok. Ini istilah saya untuk 'mudik ke kota'. Karena mudik mungkin berasal dari kata udik yang berarti desa. Jadi mudik adalah pergi ke desa, lalu kalau mudiknya ke kota bagaimana? Ya sudah saya beri nama mudok. Walaupun jadinya oksimoron. Nah, hari ini dan kemarin, kami yang sudah masuk kerja sehabis cuti, membawa makanan khas daerah masing-masing. Whoaah..menyenangkan! Kami biasanya saling mencicipi dan bercerita dan membahas bahan asal makanan tersebut dan cara pembuatannya. Coba saya rinci sebagian kecil dari makanan yang terhidang di tengah ruangan kantor kami saat ini: Mochi ketan hitam asal Semarang. Legit, lezat, manis dan kenyal. Siapa bilang mochi itu hanya oleh-oleh dari Cianjur dan Jepang?.  Juga wingko babat dari bahan kelapa muda campur ketan. Waduh ini rasa kelapa dan ketan ini sangat  khas Indonesia sekali , kalau menurut saya. Lalu ada Brem khas Madiun yang terbuat dari sari tape ketan asli. Manis, kenyes-kenyes, dan melebur di lidah saat dikulum. Enak.  Juga ada madu mongso dari ketan hitam, yang manis dan 'pelem', susah nih mencari padanan kata pelem dalam bahasa Indonesia. Mungkin bisa dibilang mirip dengan legit, tapi legit yang gimanaa..gitu. Bolu panggang nanas dari kota Ciamis. Nah ini sih saya yang bawa. Bolu panggang ini tidak mengandung mentega. Dibuatnya harus dikocok dengan tangan. Kalau pake mixer hasilnya gimana? Jelek. Bolu akan menjadi terlalu mengembang. Sementara Bolu panggang ini harus beremah seperti muffin. Ditengahnya diberi olesan selai nanas buatan sendiri. Asam manis segar berpadu dengan bolu ini enak sekali untuk teman minum teh hangat atau menikmati 'cikopi pait', alias kopi tanpa gula.

 

[caption id="attachment_202778" align="aligncenter" width="440" caption="Gelamai. Dok Pribadi"]

1346208870609081414

[/caption] Dari Padang tak kalah enaknya. Ada gelamai, dodol dari ketan yang terasa sekali kelapanya. Ada beras rendang, yang menurut saya mirip dengan ladu dari Garut, tapi ini dibungkus kecil-kecil. Lalu keripik balado yang pedas merangsang. Dan sanjai lidi, yang kecil-kecil korek api dan gurih renyah. Dari Lampung ada juga pempek. Tidak hanya Palembang yang punya pempek. Lampung juga. Duh ini makanan kesukaan kita semua! Coba siapa disini yang tidak suka pempek?. Saya teringat pada seorang bule guru Bahasa Inggris kami yang pernah menyebut pempek ini dengan istilah 'gummy jelly fish'. Tapi menurut saya kalo 'gummy jelly fish' lebih terdengar seperti permen karet rasa ikan. Menarik ya makanan dari penjuru Nusantara ini. Ini baru sebagian keciiiil. Makanya, bahan-bahan tulisan untuk kuliner Nusantara ini memang seperti tak habis-habis sebagai bahan cerita kita. Bagaimana dengan Anda? Baru saja tulisan ini selesai diposting, eh muncul lagi penganan khas Purworejo. Klanting yang kecil-kecil seperti anting terbuat dari singkong. Rasanya gurih, kletak-kletuk saat dikunyah. Penghilang jenuh dan ngantuk saat bikin laporan di kantor. Kini klanting muncul dengan berbagai warna dan rasa. Wah keren, ada rasa jagung bakar, keju, dan lombok ijo. Kalau saya sih senang rasa asli. Yang tanpa zat warna dan diberi garam saja.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline