Bila Anda mendengar kata Macau apakah yang terlintas di benak Anda? Kalau saya, hmmm sebentar saya pikir-pikir dulu. Pulau dekat Cina..., Chow Yun Fat, kasino, tempat judi. Lho kok Chow Yun Fat? Itu karena perannya yang fenomenal di film God of Gamblers. Karena Macao adalah Monte Carlo-nya Asia, dimana disana pariwisata judi adalah 50% dari perekonimian negara, makanya saya jadi teringat aktor ganteng pemain film tersebut. Kalau saya gambarkan, Macau adalah kota yang seksi. Dia cantik, panas, dan berbahaya.Dia cantik dengan bangunan-bangunan yang bernuansa Eropa, lengkung-lengkung gerbang yang romantis, dan jalanan berbatu yang seperti liku-liku di sudut kota Perancis dan ..Portugis tentu saja, karena Portugis menjajah Macau selama 450 tahun. Panas, karena suhunya disana memang panas menyengat. Bahkan terik oleh matahari. Berbahaya karena setiap sudut kota dipenuhi oleh bangunan kasino yang menarik pengunjung untuk mencoba gemeretak meja rolet dan slot-slot judi. Sejak tahun 1850, judi memang telah disahkan disana oleh Portugis. Kota yang dulu disebut Ou Mun yang berarti gerbang perdagangan ini, terletak di mulut sungai Mutiara yang mengalir dari Guangzhou, Canton. Oleh penduduk setempat kota ini disebut A Ma Gao, yang berarti 'tempat A Ma' Goddess of Seafarers. Tadinya memang pulau, tapi karena reklamasi, akhirnya Macao tersambung ke daratan, sehingga menjadikan Macao sebuah peninsula. Macao tidak luas, hanya sekitar 28,6 km persegi. Itupun sudah dijumlahkan dari Macao Peninsula, Pulau-pulau Taipa, Coloane, dan COTAI; dan daratan hasil reklamasi, termasuk bandara Macao ternyata berdiri di atas tanah hasil reklamasi. Macao termasuk daerah padat penduduk, sehingga tak ada hutan ataupun padang rumput disana. Titik tertinggi adalah Alto de Coloane, 170.6 meter dari atas permukaan laut. Mata uang Macao adalah ‘The Pataca’ (MOP$) terdiri dari 100 Avos dan merupakan mata uang resmi Macao, walaupun di sana, Yuan (RMB) dan Hongkong Dollar (HKD) tetap diterima. MOP 103,20 sama dengan HKD 100 dan berarti IDR 120.000,- kira-kira. Secara kasar 8 Patacas sama juga dengan USD 1. Silahkan dihitung sendiri, kalau saya suka kerepotan dalam menghitung kurs ini. Mungkin karena nilai Matematika saya yang selalu jelek saat sekolah dulu. Saya pergi ke Macao, menggunakan pesawat Viva Macao. Pengumuman di pesawat ini dikumandangkan dalam empat bahasa, Inggris, Portugis, Canton, dan Mandarin. Perjalanan menempuh waktu sekitar 5 jam dari Jakarta. Saya mendarat saat pagi menjelang. Saya menemukan, bahwa dimana-mana, baik pada petunjuk jalan maupun brosur pariwisata, bahasa Portugis ini selalu ada. Bahkan rasa-rasanya, saya berjalan-jalan di sudut kota Eropa, saking banyaknya peninggalan bangunan bergaya Eropa. Macao merupakan special administrative region dari Cina, yang satu lagi adalah Hongkong. [caption id="attachment_202410" align="aligncenter" width="646" caption="Penunjuk Jalan. Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Macau"][/caption] Perjalanan menuju tempat makan melewati kota yang penuh dengan gedung-gedung kasino dengan lampu-lampu dan neon sign yang gemerlap dan berpendar-pendar. Saat ini Macao memiliki 33 Kasino. Yang terbesar adalah The Venetian Macau. Saya tidak memasuki satupun kasino disana, tapi The Venetian Macau saya pernah menonton pembangunan dan peresmiannya di siaran khusus pada saluran TV kabel. Memang megah sekali dan luar biasa mewahnya. Untuk wisata, Macao mengandalkan wisata judi. Sedangkan untuk tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, dapat saya katakan karena Macao adalah kota dengan bangunan Eropa di Asia, sehingga banyak sudut-sudut jalan, lengkung bangunan dan lampu jalanpun menjadi objek menarik untuk difoto, karena khas sekali. Jalan sempit berbatu-batu ini terlihat kuno, petunjuk jalan dengan dua bahasa; Portugis dan Chinese, juga menarik untuk dijepret. Namun ada suatu landmark di Macao yang disebut bila tidak berfoto disana, sama saja tidak ke Macao. Yang ngajak saya kesana heboh sekali. Saking hebohnya sampai kami berlari-lari berkeringat dari parkir bis di udara panas terik ini untuk datang kesana. Kami buru-buru karena waktu sudah mepet untuk kembali ke bandara. Tempat yang kamu tuju dan menjadi ikon Macao ini adalah reruntuhan St Paul. Dibangun di tahun 1582, Katedral St Paul ini dahulu merupakan katedral terbesar di Asia. Namun karena badai topan di tahun 1835 katedral ini terbakar dan hanya menyisakan sepotong dinding fasade. Walaupun hanya sebelah, masih terlihat keindahan arsitektur dan relief yang tersisa disana. Reruntuhan St Paul ini adalah termasuk dari 20 lebih bangunan bernuansa gabungan Cina Portugis yang dilindungi disana, dan yang paling terkenal. Penunjuk jalan kami mengatakan bahwa katedral ini tidak bernasib mujur dan seperti dikutuk, walaupun dahulu pernah ada usaha untuk memperbaikinya, namun usaha tersebut sia-sia, karena katedral kembali terbakar. Saya tidak tahu tingkat kebenaran informasi ini. Di brosur tidak ada yang menjelaskan sampai berapa kali terbakar. [caption id="attachment_202409" align="aligncenter" width="604" caption="Ruin St Paul. Dok Pribadi"]
[/caption] Sepotong dinding yang tersisa dari kebakaran ini kini diperkuat dengan penopang untuk menjaga agar tidak runtuh. Ada tangga untuk pengunjung bila ingin melempar koin melewati jendela teratas. Dipercaya apabila kita mampu melempar koin melewati jendela tersebut, maka akan mendapat keberuntungan. Saya sih tidak ikut melempar, salah-salah saya salah menimpuk kepala orang, dan bila dimarahi orang tak dikenal di negeri orang, hal itu bukan suatu kemujuran sama sekali. sumber bacaan: brosur wisata Macao dan http://en.wikipedia.org/wiki/Macau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H